Author Archive HidupProduktif.Com

ByHidupProduktif.Com

30 Menit Baca Buku Setiap Hari dan Manfaatnya. Mudah, Nggak Percaya ?

mengapa keinginan untuk menulis itu lebih sulit dari berbicara?
mengapa keinginan untuk membaca itu lebih sulit dari menonton tv?
mengapa?
itu bermula dari kebiasaan saja.
seberapa besar waktu kita dialokasikan,seberapa besar perhatian, energi dan hasrat dicurahkan, pada akhirnya kompetensi adalah harga yang pantas dibayarkan untuk usaha/kerja keras tsb.
(JM Zacharias, 2010)

Kutipan diatas merupakan percikan suara hati saya, delapan waktu berselang namun tetap relevan. Apalagi makin banyak produk dan hal-hal lain yang menarik minat kita yang kemudian meninggalkan prirotas minat membaca. Dengan artikel ini bertujuan mengajak kembali jadikan membaca buku [buku fisik] menjadi kegiatan produktif. Berikut alasan mengapa kegiatan membaca rutin merupakan tidak saja namun produktif namun memberi banyak manfaat berikut tips-tips kegiatana membaca yang produktif.

Alasan Kegiatan Membaca Itu Penting Bagi Kita

1. Menyehatkan dan Menjaga Otak tetap pada Top Perform-nya

Sebagaimana otot dilatih setiap saat, sehingga siap saat diperlukan untuk berlari dan melakukan kegiatan olah raga lainnya. Otak pun demikian. Perlu membiasakan otak untuk berlatih salah satunya lewat membaca. Latihan otak yang rutin salah satunya melalui membaca buku setiap hari. Bahkan artikel pada psychologytoday.com memyebutnya sebagai Reading can be like mental gymnastics for the brain yang tidak hanya membantu otak untuk tumbuh berkembang serta juga mencegah kita dari dampak demensia & alzheimer .

2. Beri Masukan Input (Informasi & Pengetahuan)

Kita sudah tahu bahwa membaca merupakan salah satu kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan yang erat kaitannya dengan proses otak dalam proses kita dalam berpikir kognitif baik mulai menyimpan informasi/pengetahuan dalam memori, mendayagunakannya kembali saat dibutuhkan dalam berpikir saat kita berdiskusi/mengemukakan pendapat sampai pada pengambilan keputusan. Dengan membaca sejarah atau buku biografi bahkan buku novel pun dapat memberi sudut pandang baru yang turut memperluas horison kita dalam menghadapi berbagai hal bahkan untuk hal-hal baru yang belum pernah kita alami sekalipun, dan ini berkat dari membaca buku dari pengalaman serta pengatahuan praktis lainnya.

Profesor Keith Oatley menganologikan kegiatan membaca buku seperti berlatih simulator. Seorang calon pilot dan pilot pun terus mengasah kemampuan serta pengetahuan dengan simulasi lewat berlatih simulator.

Demikian halnya dengan kegiatan membaca yang disebutnya sebagai Life Simulator dimana kita pun membutuhkan pengetahuan dan melatih kemampuan menganalisa yang pada akhinya membantu pijakan kita proses dlm kontruksikan pandangan, dalam memecahkan masalah dan pengambilan keputusan dalam menghadapi tantangan kedepan kehidupan sehari-hari.

Kutipan twit di atas kesaksian tentang sastrawan dan aktivis hak asasi manusia [yang masih hilang sejak tahun 1998] Widji Thukul yang rajin membeli dan membaca buku saat harus berkorban tidak melanjutkan sekolah sebagaimana yang diceritakan adiknya. Kisah lainnya dari komedian dan host berbagai talk-show Tukul Arwana sebagai yang diceritakan Dedi ‘Miing’ Gumelar yang tahun 90-an awal menjadi produser radio komedi Suara Kejayaan (Radio SK) yang melihat keseriusan Tukul Arwana yang menjadi penyiar radio SK tersebut mengisi waktu luangnya dengan menambah pengetahuan dengan membaca buku disela-sela kesibukannya.

Bahkan dengan membaca, bahkan kamus sekali pun secara rutin membantu musisi Eminem dalam untuk memperkaya perbendaharaan kata yang nantinya berguna saat dibutuhkan dalam menuangkan kata demi kata pada lirik lagunya. Bahkan kemampuan penciptaan lirik ini membuat karyanya menonjol di kancah pencipta lagu dunia dan istilah baru dari liriknya ada yang scara resmi masuk dalam kamus (Oxford English Dictionary).

3. Pengalaman dengan Sensor-Sensor Panca Indra Tingkatkan Efektifitas Belajar

Mungkin ada yang bergumam kalau sudah membaca media sosial, artikel-artikel online, bahkan bacaan elektronik sekalipun berati sudah cukup alias tidak perlu [tinggalkan] kebiasaan membaca buku secara fisik. Tahu kah Anda, kegiatan membaca buku fisik mulai dengan merasakan pengalaman membuka lembar demi lembar buku [belum lagi merasakan tekstur kasar lembut halaman buku] memberi pesan yang tidak saja pada sensor peraba kita namun juga kolektif dengan apa yang diterima sensor visual kita (mata) untuk kemudian dikirim ke otak yang menjadi pusat kontrol dan pemprosesannya.

Rangsangan-rangsangan motorik tersebut cukup memberi pengalaman yang memperkuat bangunan informasi dan pengetahuan yang disimpan pada memori untuk kemudian efektifitasnya mendukung saat dibutuhkan untuk proses selajutya seperti proses mengingat, analisis sampai pada pengambilan keputusan.

Efektifitasnya mirip dengan cara kerja rangsanagn motorik saat kita belajar dengan cara baik lewat menulisnya kembali, meringkas, membuat bagan-bagan pemodelan, bahkan saat proses menghafalnya dengan proses mengulang serta membaca dengan keras atau dengan cara menyanyikannya (sebagaimana ada akan ingat dengan pesan-pesan dengan menyanyikan jingle tertentu).

4. Buku merupakan Sahabat Setia sekaligus Guru

Menempatkan buku sebagai personifikasi sahabat dan guru ini tentu tidak berlebihan. Di saat tengah malam, Anda kesulitan tidur dan merasa sepi sendiri … Anda bisa menemuinya kapan pun dan bisa memintanya untuk bercerita sesuatu yang lucu, sesuatu yang [pengalaman yang mungkin terlihat bodoh] namun menghibur sekaligus memberi pandangan, pengalaman sekaligus pengetahuan baru. Dan ini baik untuk menstimulasikan mental sekaligus me-manage stress secara alami sehat.

Itu mengapa buku juga merupakan guru yang baik dan setia kapan saja Anda membutuhkan. Bahkan saat Anda ingin masuk dalam gaya hidup yang lain sama sama sekali berbeda sekali pun [tanpa harus mengubah gaya hidup/kehidupan sehari-hari Anda], Anda dapat menyelaminya dengan merengkuh sang sahabat (buku) yang sesuai minat dan imajinasi Anda.

Saya gunakan personafikasian buku ini, tidak lain untuk memberi gambaran bahwa kegiatan membaca buku ibarat seperti kita berkomunikasi atau bergaul dengan orang lain. Semakin intens, semakin rutin, hubungan dan proses saling mengisi pun tercipta. Itu mengapa kegiatan membaca buku menjadi suatu kegiatan rutin, ritual setiap harinya yang menyenangkan dan bermanfaat tentunya.

“Books are the quietest and most constant of friends; they are the most accessible and wisest of counselors, and the most patient of teachers.”
― Charles W. Eliot

Pernah kah Anda membaca buku seperti buku auto biografi dan merasakan seperti berhadapan langsung dengan sang tokoh sekaligus penulisnya [merasakan langsung apa yang dirasakan penulis pada jamannya] yang dengan gaya yang khas bagikan sesuatu yang membuat Anda belajar banyak darinya. Ini tentu saja melompat ruang [tempat] dan waktu … apalagi sang penulis sudah lama hidup berabad-abad silam seperti catatan tentang Nusantara oleh T. S. Raffles, A. R. Wallace dalam buku-buku ini.

Setelah tahu beberapa alasan di atas [dan masih banyak lagi alasan lainnya] mengapa kegiatan membaca itu penting. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk memulai. Jangan banyak menunda. Just Do It! Tidak apa-apa mulai dari langkah-langkah kecil, namun fokus dan terus menerus sampai akhirnya perjalanan panjang (journey) tidak terasa telah mampu Anda jalankan dengan baik termasuk mengatasi tantangan-tantangannya. Bahkan sikap malas atau ragu yang sebelumnya Anda anggap biasa pun menjadi ‘benalu-benalu kecil‘ yangg terus memakan potensi dan sumber daya Anda. Namun itu tidak lagi, jika Anda memutuskan untuk memulai kebiasaan-kebiasaan baik setiap harinya.

Sebelum membahas tips-tipskegiatan #30MenitBacaBukuSetiapHari. Berikut hasil paparan penelitian yang dilakukan University of Michigan’s yearly Health and Retirement Study bahwa kegiatan 30 Menit membaca setiap hari merupakan waktu rata-rata yang cukup optimal memberi dampak untuk umur pembaca lebih panjang 2 tahun dari yang tidak berkegiatan rutin membaca tersebut. Perlu diperhatikan hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa dampak tersebut signifikan bila kegiatan membaca 30 menit setiap hari tersebut dilakuan minimal 12 tahun, sebuah proses yang tidak singkat.
Setelah mengetahui latarbelakang dan efektifitas kegiatan #30MenitBacaBukuSetiapHari berikut tips menjalankan setiap hari

Tips kegiatan membaca setiap hari (#30MenitBacaBukuSetiapHari)

a. Cari Tahu Tujuan Membaca

Cari tahu dahulu tujuan membaca Anda, apakah untuk mencari hiburan, cari inspirasi untuk berkarya, menggali lebih dalam problem sosial atau pengetahuan yang menjadi minat Anda dll. Dengan mengetahui tujuan, akan memudahkan dalam memilih kateogori buku yang diinginkan apakah buku text book, buku novel, buku seni dll.

b. Kenali Diri Anda

Meski kegiatan membaca terdengar seperti lazimnya kegiatan lain, namun jika dikaitkan dengan suatu proses panjang terkait memulai kebiasaan baru [berubah] ini tidak seperti membalikkan telapak tangan. Awalnya seperti mudah, namun tanpa komitmen, fokus dan kesungguhan [tekad yg kuat], layu di tengah perjalanan merupakan hal yang jamak bahkan terkadang diterima seperti kodrat yang tidak bisa diubah.

Karena itu kenali diri Anda, sekaligus mempertajam tekad, komitmen untuk terus fokus dan bersungguh-sungguh dalam proses kegiatan rutin membaca ini yang nantinya akan menjadi bagian hidup Anda.

Suatu proses yang terus ada selama Anda hidup dan mungkin bisa diterjemahkan dalam quote While I breath I keep reading (versi iseng2x dari kalimat bijak dalam bahasaa latin dum spiro spero yang kalau dalam bahasa Inggris “While I breathe, I hope”).
Selanjutnya dengan mengenal diri dan karakter Anda, ini akan lebih membantu dalam memformulakan kapan waktu, tempat serta target yang memungkinkan bagi Anda termasuk Anda merupakan orang yang sangat sibuk misal sekali membaca 10-20 halaman (dalam 30 menit) yang lama kelamaan kemampuan dan keasyikan membaca pun meningkat . Itu mengapa mengenali diri ini sangat penting. Karena cara berproses setiap orang pasti berbeda. Masing-masing punya tantangan dan keunikannnya sendiri.

c. Buat Kegiatan Membaca Menyenangkan

Kebiasaan #30MenitBacaBukuSetiapHari agar menjadi kebiasaan yang dirindukan di hari esoknya, ya caranya dengan membuat kegiatan membaca ini menyenangkan [menggabungkannya dengan mendengar alunan musik, menikmati bersama semilir angin dan pemandangan di luar/outdoor seperti foto artikel di atas serta ditemani kudapan dan kopi/teh seperti pada foto bawah], tidak membosankan dan dinamis diisi dengan hal-hal baru dan lebih menantang. Bahkan untuk sambil menunggu seperti menunggu pesawat, saya siapkan buku kecil [yg ringan dari sisi berat dan bobot isinya lebih sisi hiburan]. Membaca buku tidak harus satu kali sampai hafal titik koma dsb. Namun sesuai kebutuhan. Anda sendiri yang tahu untuk membaca buku ini Anda harus membaca berkali-kali sampai mendapatkan sesuatu yg sesuai tujuan Anda, atau membaca dengan memberi tanda [seperti dengan sticky note/post-it pada halaman tertentu seperti pada foto bawah].

Pada akhirnya apa yang dibahas di atas (alasan pentingnya membaca beserta tips-tips-nya), bergantung pada Kita sendiri. Sama seperti Anda, dulu saya tidak punya minat untuk membaca buku [lain ceritanya kalau terpaksa karena ada ujian atau tes sekolah/kuliah]. Waktu itu saya tahu bahwa kebiasaan membaca itu penting namun tidak membuat saya mengubah pola hidup untuk rajin membaca.

Sampai saya tahu titik balik saya, untuk mulai rajin membaca: pada saat saya tahu akan cita-cita saya agar mampu menulis artikel dengan baik. Lalu, hubungannya? Ya karena jika ingin menulis artikel yang baik harus banyak dan rajin membaca referensi-referensi lainnya. Dan buku merupakan referensi penting. Momen itu pula lah yang berhasil membuat saya punya kebiasaan membaca.

Itu mengapa saya tidak henti-hentinya mengajak Anda semua untuk punya kebiasaan membaca. Saya pun suka membuat souvenir pembatas buku yang secara simbolis memberi pesan pada penerimanya agar kemudian diletakkan pada buku mana yang ingin dibacanya. Bukan kah itu keren, jika makin banyak yang punya kebiasaan membaca buku. Sehingga kutipan [quote] saya delapan tahun silam ini menjadi pertanyaan yang tinggal kenangan [tidak perlu dipertanyakan lagi]. Semoga!


mengapa keinginan untuk membaca itu lebih sulit dari menonton tv?
mengapa?
itu bermula dari kebiasaan saja.
seberapa besar waktu kita dialokasikan,seberapa besar perhatian, energi dan hasrat dicurahkan, pada akhirnya kompetensi adalah harga yang pantas dibayarkan untuk usaha/kerja keras tsb.
(JM Zacharias, 2010)

Kampanye #30MenitBacaBukuSetiapHari

Penulis: JM Zacharias | Business Strategist | Founder HidupProduktif.Com |

*image credit: Min An

*Tentang HidupProduktif.Com

HidupProduktif.Com hadir mendukung efektifitas kegiatan produktif pribadi serta peningkatan produktitas operasional institusi/korporasi dan bisnis. Didukung dengan artikel-artikel terkini merekam sisi produktifitas sehari-hari, permasalahan, mengemasnya dalam format yang mudah dicerna dengan solusi jitu serta twit-twit produktif melalui Twitter @HidupProduktif.

Share
ByHidupProduktif.Com

Menjadi Kreatif ? Siapa Takut !

 

Menjadi kreatif, siapa takut ! Tapi bagaimana melakukan prosesnya untuk menjadi kreatif ? Ada pertanyaan, keraguan berkaitan dengan menjadikan diri kita kreatif. Mengapa harus menjadi kreatif? Atau banyak alasan untuk menguatkan bahwa dirinya bukan tipe kreatif. Berikut ini ada 9 hal yang penting diperhatikan untuk menjadi kreatif :

1. Mengapa harus menjadi kreatif? Apa pentingnya?

Mulai dulu dari apa pentingnya menjadi kreatif, singkatnya mengapa harus menjadi kreatif. Dalam pengembangan produk sampai implementasi program marketing di lapangan, proses kreatif terkadang dikesampingkan dianggap sebagai kegiatan yang memakan waktu dan biaya, dibandingkan dengan proses bisnis lainnya yang tinggal mengikuti market trend setter yang ada (me too approach). Padahal kreatifitas dapat diposisikan sebagai faktor utama pengungkit terobosan suatu produk (baca inovasi) dengan pendekatan yang unik (out of the box).

2. Sisi kritikal dalam proses kreatif.

Albert Einstein pernah berkata “If I had an hour to solve a problem and my life depended on the solution, I would spend the first fifty-five minutes determining the proper question to ask, for once I know the proper question, I could solve the problem in less than five minutes.” Dengan kumpulan pertanyaan (permasalahan) yang ada, coba jawab dengan solusi menyeluruh, menyentuh inti permasalahan termasuk dengan solusi pendekatan “nyeleneh” dengan [think out of the box] approach solution .

3. Sumber daya berkreatif.

Carmine Gallo dalam bukunya The Innovation Secrets of Steve Jobs mengatakan semakin beragam pengalaman dan pengetahuan, menghasilkan hubungan-hubungan (korelasi) di otak. Input-input segar dari korelasi tersebut menghasilkan asosiasi yang mengstimulasikan ide-ide kreatif. Tanamkan gagasan asosiasi dari pengalaman berbeda untuk mengaktifkan proses kreatif. Terbukalah terhadap pengalaman berbeda serta perlebar horison pandangan, informasi yang masuk serta pengetahuan. Banyak sarana untuk usaha ini melalui film, novel, musik dengan genre berbeda, melakukan petualangan perjalanan dan kegiatan lainnya yang menambah perbendaharaan asosiasi yang aktif dalam otak.

4. Metoda berkreatif.

Steve Jobs, sosok sentra di balik keunggulan produk Apple mengasosiakan ajaran Zen yang berkaitan dengan ketenangan (damai) terhadap problem suara berisik fan pada notebook, mengalirlah pada pertanyaan-pertayaan yang dapat diimaginasikan untuk mengungkit ide kreatif sbb:

-Mengapa? Mengapa fan pada notebook mengganggu ketenangan?
-Mengapa Tidak? Mengapa tidak jika fungsi fan dengan suara berisik digantikan alat lain (solusi lain) yang berhubungan fungsi fan sebagai penghantar panas (buangan dari energi listrik yang digunakan).
-Bagaimana Jika? Bagaimana jika mengganti fungsi fan dengan menciptakan sistem power Mac yang tidak menimbulkan panas tertentu sehingga menggantikan piranti fan.

Lalu munculah inovasi notebook Mac (Apple) tanpa fan ini, yang berarti tanpa suara berisik putaran fan, menjadi value produk Apple.

5. Meminjam dan meramu gagasan.

Steve Jobs berujar “Creativity is connecting things.” Connecting things, tindakan menghubungkan hal-hal dengan pendekatan asosiasi ini merupakan kata kunci proses kreatif yang tidak saja menciptakan ide baru namun juga mengelaborasi ide-ide kecil yang berserakan menjadi suatu ide besar (grand idea) yang dashyat. David Kord Murrays menyebutnya “meminjam kebrilianan” untuk saling meminjam ide, menghubungkan serta mengkombinasikan dan menyempurnakan ide-ide tersebut, sebagaimana yang dituangkan dalam buku Borrowing Brilliance. Contoh relevan dengan hal “meminjam kebrilianan” seperti MacSafe konektor listirk Mac yang diperkenalkan saat Mac World 2006. Idenya diadopsi dari konektor listrik penanak nasi yang digunakan di Jepang. Konektor penanak nasi tersebut menempal aman menggunakan magnet, sehingga jika kabelnya tersangkut kaki (tertarik) maka kabel konektor tersebut akan lepas hubungan magnetnya dan tidak menyebabkan penanak nasi ikut tertarik atau terbalik.

6. Jaringan pergaulan dan wawasan.

Salah satu cara untuk semakin kreatif dengan jalan memperluas lingkaran pergaulan sosial, bergaul dengan orang dengan latar belakang yang berbeda, sebagaimana pendapat Jonah Lehrer pengarang buku How Creativity Works. Lehrer menambahkan suatu studi dari 766 lulusan Stanford Business School yang membangun perusahaannya sendiri. Lulusan yang mempunyai lingkaran pergaulan dengan teman-teman yang beragam latar belakangnya, tiga kali lebih inovatif dibandingkan yang tidak memiliki teman yang beragam latar belakangnya. Kemampuan inovasi tersebut ditunjukan dengan sejumlah hak cipta dan merek yang mereka miliki.

7. Kerja otak dalam berkreatif.

Proses kreatif berhubungan erat dengan kerja otak tepatnya otak kanan. Neuro science merupakan disiplin ilmu mempelajari kerja dan fungsi otak yang berhubungan dengan aktifitas manusia. Untuk memahami bagaimana otak akan mendukung proses kreatif optimal, dimulai dari:

Bahan bakar otak (oksigen) agar tersedia cukup untuk kinerja otak. Mekanisme mengikat oksigen oleh hemoglobin dalam darah, didistribusikan melalui jantung ke otak, hendaknya didukung dengan olahraga (memperbaiki kemampuan VO2Max; kemampuan untuk menghirup O2 maksimal), makanan (termasuk yang mengandung asam lemak omega-3 seperti: ikan salmon) dan ruang yang cukup untuk sirkulasi udara.
Kesegaran otak yang berhubungan dengan waktu kerja dan waktu istirahat otak. Waktu istirahat otak sekitar 7-8 jam per hari dalam kondisi tidur deep dreamless sleep pada gelombang otak delta (delta state).
Pengalaman baru yang menyegarkan (refresh) kerja otak, terutama saat otak dalam kondisi puncak dalam waktu lama atau saat kondisi pikiran jenuh. Luangkan waktu untuk berjalan kecil meninggalkan meja kerja setiap 1,5 -2 jam sekali baik berjalan menuju kamar kecil, pantry untuk membuat kopi sambil bercengkrama dengan kolega , atau sejenak keluar gedung untuk menghirup udara segar merupakan kegiatan positif untuk membangkitkan kesegaran yang dibutuhkan dalam suatu proses kreatif. Ron Friedman dalam artikelnya menyebut secara neurological, momen untuk “bebas” sementara dari meja kerja adalah kesempatan hemisphere dari otak kita untuk hidup.

8. Pola pikir.

Ada faktor yang tidak kalah penting, yakni pola pikir (mind set). Kesimpulan penelitian yang dilakukan peniliti Univ. Harvard : pola pikir seseorang berkontribusi besar untuk menyakinkan seseorang apakah merasa dirinya kreatif atau tidak. Berpikir & bersikap positif (dalam hal ini: kreatif) dapat diaktulisasikan dalam berbagai cara termasuk melalui kegiatan afimasi (pengulangan keyakinan/tekad secara terus menerus), visualisasi (mengimaginasikan keyakinan/tekad) serta didukung perasaan/emosi (antusiasme), diharapkan pada pikiran bawah sadar tertanam keyakinan/tekad bahwa Anda kreatif serta mendorong melakukan kegiatan kreatif setiap saat. Untuk menjadi semakin kreatif dibutuhkan semakin banyak intensitas dan peningkatan kualitas kegiatan kreatif yang saling berkontribusi dengan pola pikir (mind set ) positif sebagai daya dorongnya.

9. Hambatan diri untuk berkreatif.

David Kelly (professor design Universitras Stanford) saat menjadi pembicara tamu TEDTalks memaparkan pentingnya proses untuk merubah suatu paradigma, contoh kasus eksekutif merasa bukan bertipe kreatif, David berujar “if they stick the process, they stick with it, the end of doing amizing thing and they surprissed them self just how innovative they and their team really are”. Semakin intens melewati proces untuk mengalahkan ketakutan (fear & self judgment: seperti phobia atau perasaan lain seperti tidak kreatif dll), semakin tinggi kepercayaan diri, semakin meningkat Self Efficacy. Metoda berkaitan rangkaian proses untuk mengalahkan phobia, meningkatkan Self Efficacy ini terbukti efektif dan telah teruji sejak dicetuskan oleh Albert Bandura (profesor psikologi Universitas Stanford).

Nah, bila hal penting berkreatif diperhatikan untuk menduking proses berkreatif termasuk segala sesuatunya lengkap (termasuk sumber daya) mendukung terciptanya proses kreatif, kreatifitas merupakan hasil yang pantas didapat. Kreatifitas bukan hanya domain perancang, pengembang produk atau marketer, namun kita semua lapisan masyarakat. Kreatifitas juga lah merupakan elemen penting manusia untuk hidup dan memberi kontribusi positif pada hidup.

Bukan kah untuk mengatasi permasalahan hidup kita harus kreatif juga?

Mau jadi kreatif  ? Siapa Takut !

 

Penulis: JM Zacharias | Business Strategist | Founder HidupProduktif.Com |

Artikel ini pertama kali dimuat di JMZacharias.Com  Business Strategy Hub

*image credit: digitalart-freedigitalphotos.net

 

*Tentang HidupProduktif.Com

HidupProduktif.Com hadir mendukung efektifitas kegiatan produktif pribadi serta peningkatan produktitas operasional institusi/korporasi dan bisnis. Didukung dengan artikel-artikel terkini merekam sisi produktifitas sehari-hari, permasalahan, mengemasnya dalam format yang mudah dicerna dengan solusi jitu serta twit-twit produktif melalui Twitter @HidupProduktif.

Share
ByHidupProduktif.Com

Kepemimpinan dan Komunikasi Produktif: Cara Ahok temui warga setiap pagi di Balai Kota.

Kepemimpinan yang melayani mungkin mulai akrab di antara kita, seperti yang dapat dilihat pada profil pemimpin baru yang diperoleh lewat tumbuh kembangnya demokrasi termasuk salah satunya saat dibukanya kesempatan rakyat dapat menggunakan hak suara untuk memilih langsung pemimpinnya baik di Pilkada Kota/Kab dan Provinsi serta PilPres. Lewat waktu masa kerjanya kepemimpinannya diuji, apakah memberi dampak perubahan yang dicita-citakan bersama termasuk didalamnya memperhatikan perduli pada keluhan warga sekaligus mengakomodasikan juga potensi warga masyarakatnya. Di sini lah pentingnya komunikasi dan dalam kepemimpinan yang melayani turut mempersempit gap akses komunikasi warga masyarakat dan pemimpinnya.

Kebetulan hari ini (Kamis, 27 Oktober 2016 ), kesempatan hari terakhir (sebelum mulai cuti besok) untuk bisa ikut menyaksikan salah satu kebiasaan unik setiap pagi sebelum Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama memasuki kantornya (Balai Kota), bertemu dan berkomunikasi dengan masyarakat yang datang ke Bali Kota setiap pagi. Tadi sempat coba searching di google untuk mencari contoh figur pemimpin yang menyediakan waktu untuk bertemu warga yang bisa langsung datang ke Balai Kota setiap pagi , namun tidak ada catatan kegiatan seperti yang dilakukan Ahok dan ini merupakan gebrakan baru, termasuk akses untuk menerima informasi sebagaimana kejadian yang didokumentasikan saat Ahok menerima warga pun dapat diakses oleh masyarakat luas yang tidak sempat hadir melalui Youtube yang disediakan PemProv DKI

Meski selama ini hanya menyaksikannya lewat Youtube pun, sudah banyak menambah wawasan tentang seluk beluk permasalahan sekaligus potensi yang bisa digarap oleh Pemerintah Provinsi DKI . Namun di sisi lain, kehadiran (datang langsung) menyaksikan interaksi pemimpin dan warganya dalam suasana yang santai ini memberi atmosfir spesial. Dan seperti yang telah dilihat yang sudah-sudah, mekanisme informal seperti ini pun selain mempersempit gap jangkauan akses warga untuk menemui pemimpinnya, yang membina hubungan serta tidak saja efektif (hanya memakan waktu sekitar 1 jam-an) namun produktif dari sisi respon penangangan kelanjutannya.

Potret hubungan timbal balik komunikasi pemimpin dan warganya di atas, hanya terjadi jika ada trust (rasa percaya) dari warganya yang merupakan proses dan juga sebagai apresiasi atas kinerja dan integritas pemimpinnya. Warga masyarakat butuh pemimpinnya untuk mendengar aspirasi warga dan meresponnya dan bertindak dengan bijak. Di sisi lain, pemimpin butuh untuk tahu permasalahan, potensi, kritikan serta apresiasi warga ditingkat bawah sebagai balance control informasi yang lain yang sudah tersedia. Keseimbangan pada ke dua kutub di atas lah yang membuat komunikasi pemimpin dan warganya menjadi terjaga dan produktif.

Dari kegiatan di atas, beberapa poin kunci berkaitan dengan gaya kepemimpinan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama dan komunikasi produktif dengan yang dipimpin sekaligus stakeholder-nya dalam hal ini:

1. Kepemimpinan Melayani, dimana pemimpin mengambil inisiatif untuk berani turun melayani ini menjadi penggerak pendulum pertama membuka komunikasi dengan yang warga dipimpin, sekaligus mempersempit kesenjangan akses komunikasi warga terhadap pemimpinnya.

2. Empati menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam komunikasi dari kepemimpinan yang melayani. Sikap empati ini harus tulus karena dalam kepemimpinan melayani, pemimpin turun ambil bagian melayani dan jika tidak ada empati, sudah pasti tidak akan efektif. Empati lah yang membungkus komunikasi produktif baik dalam konteks visual, verbal dan non-verbal lainnya.

3. Berintegritas dan Otentik. Integritas terkait dengan adanya kesatuan landasan kebenaran dengan tindakan nyata. Membuka diri, juga merupakan bagian penting dari kepemimpinan melayani. Bersikap otentik (apa adanya) sesuai jati diri (tidak berpura-pura) merupakan faktor penting pendukung kepemimpinan melayani. Dan tentu saja pemimpin yang suka pencitraan termasuk lewat kata-kata yang baik namun dari tindakannya/langkah nyata (lips service), sudah pasti tidak memilik sikap otentik.

4. Format kegiatan komunikasi contoh di atas, pengaturan kegiatan yang sistematis (pemisahan grup sesuai dengan jenis keperluan), dan komunikasi singkat padat, didokumentasi, ditindaklanjuti dengan orientasi target yang jelas.

5. Pemimpin dalam mendengar aspirasi/permasalahan lainnya, dalam waktu singkat bisa mengalokasikan mana yang bisa langsung dijawab dan mana yang harus di-follow-up oleh siapa (staf), ke bagian apa, beserta tenggat waktu dsb.

Dari menyaksikan warga masyarakat yang berinteraksi langsung dengan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama di hari terakhir menjelang cuti panjang 4 bulan ini (Kamis, 27 OKtober 2016), diharapkan kita warga masyarakat tidak hanya mendapat informasi dan wawasan tentang apa yang terjadi, yang sedang dikerjakan namun juga melalui artikel yang mencoba membedah kegiatan populis ini dalam bentuk teladan contoh-contoh metode kepemimpinan kerja produktif di atas yang secara teknis dapat juga dijalankan siapa saja dalam kaitan seni memimpin serta berkomunikasi produktif. Kalau Ahok yang sudah sangat sibuk saja, masih bisa memberi waktu setiap pagi untuk bertemu dan melayani warga masyarakat yang datang ke Balai Kota serta berbagai kegiatan lainnya dengan efektif dan produktif. Dan terbukti! Kita pun sudah menyaksikannya. Bagaiamana dengan kita? Lalu tunggu apa lagi? Ayo kita praktekan!

Image Credit: @jmzacharias

Penulis: JM Zacharias | Business Strategist | Founder HidupProduktif.Com |

*Tentang HidupProduktif.Com
HidupProduktif.Com hadir mendukung efektifitas kegiatan produktif pribadi serta peningkatan produktitas operasional institusi/korporasi dan bisnis. Didukung dengan artikel-artikel terkini merekam sisi produktifitas sehari-hari, permasalahan, mengemasnya dalam format yang mudah dicerna dengan solusi jitu serta twit-twit produktif melalui Twitter @HidupProduktif.

Share
ByHidupProduktif.Com

Tips Mengingat Nama

“Maaf  Mas Namanya …?”  Pertanyaan yang terkadang kembali ditanyakan saat bertemu orang baru  (baru beberapa saat setelah saling berkenalaan). Bersalaman sambil memberi tahu nama kita merupakan bagian dari etika dalam memperkenalkan diri dengan orang baru. Bersalaman, bertegur sapa, saling memandang, tersenyum tidak lupa memperkenalkan nama kita dan juga sekaligus mendengarkan ucapan termasuk namanya. Celakanya dalam waktu yang hampir bersamaan, terkadang nama yang baru disebutkan mendadak hilang ditelan bumi. Mungkin kurang keras saat namanya diucapkan, kita kurang fokus karena dalam waktu bersamaan beberapa aktifitas seperti dilakukan. Lantas bagaimana, kita mensiasati agar tidak terjebak dalam perangkap “lupa nama” pada beberapa orang yang pernah kita temui, berikut beberapa tip untuk mengatasi hal di atas:

1.Fokus. Saat berkenalan kita harus fokus untuk mencari tahu siapa nama orang yang diajak berkenalan. Bisa saja, sesaat setelah berkenalan kita lupa atau tidak yakin nama yang kita ingat atau dengar adalah benar. Maka pikiran kita fokus untuk mencari tahu atau memvalidasi nama yang bersangkutan. Asalkan tidak berulang-ulang untuk menanyakan kembali namanya, itu merupakan hal yang wajar untuk pertemuan pertama. Misalnya hal itu terjadi pada Anda,  kalau pun  ingat namun tidak yakin nama yang  didengar tersebut, Anda bisa gunakan namanya yang tadi Anda dengar sebagai penegas kalimat menimpali obrolan ringan yang yang sedang Anda bahas seperti “Benar sekali! … Pak …? Ryan?” kalau teman bicara tersebut langsung membalas mengkonfirmasi namanya “Ryan!” Beres!. Namun jika Anda masih ragu, tidak ada salahnya untuk menegaskan “Maaf, bapak namanya … Ryan ? Maaf kalau tadi salah dengar.” Pada tahap ini seharusnya kita sudah mendapat konfirmasi nama yang tepat. Langkah selanjutnya mengingatnya dalam memori pikiran kita. Mengapa hal ini penting, karena otak kita menerima banyak sekali input yang masuk dari apa yang kita dengar, lihat ,rasakan dan lain-lain. Dalam neuroscience, proses masuknya input akan diproses di otak ditindaklanjuti ada yang masuk dalam memori sementara (jangka pendek) untuk kemudian hilang dalam jangka tertentu dan ada yang dapat masuk dalam proses memori jangka panjang. Semua butuh proses untuk itu, harus fokus dan juga teknik yang akan dibahas pada tips selanjutnya.

2.Asosiasi. Jika dilakukan permainan dan  disebutkan satu nama teman yang Anda ingat, dan Anda diminta menyebutkan satu hal yang Anda ingat dari teman Anda tersebut secara spontan. Misal saat disebut Jacky, Anda langsung menyebut oval, gelap. Kata oval (bentuk wajah oval) dan gelap (kulit gelap)  ini yang secara tidak sengaja Anda  tempel pada seorang Jacky, dimana asosiasi ini yang membantu Anda mengingat teman Anda Jacky ini. Ini yang disebut teknik asosiasi! Teknik asosiasi ini membantu dalam menyimpan informasi pada otak sekaligus membantu dalam proses mengingat kembali dengan keyword oval-gelap- pada sosok Jacky. Dalam hal ini informasi visual wajah, bentuk tubuh, gestur tubuh, warna kulit akan tersimpan juga dalam otak kita pada bagian otak yang berbeda-beda namun akan saling terhubung dengan asosiasi yang kita bangun. Jadi misalkan suatu saat Anda bertemu dengan teman Anda ini yang mungkin beberapa tahun kemudian (rata-rata bentuk wajah, warna kulit  tidak banyak berubah, kecuali kalau operasi plastik) informasi visual ini akan muncul kemudian terhubung berdasarakan asosiasi yang tersimpan pada otak kita , dengan mudah otak mengingat nama Jacky ini. Semakin intensif Anda berhubungan dengan teman Anda, semakin me-refresh otak, termasuk menambah input baru untuk saling terhubungan secara asosiatif. Hal yang unik pun akan terekam seperti mendengar suara teman di telepon meski tanpa melihatnya, kita bisa mengenalinya.  Proses ini alamiah terjadi pada setiap orang dengan level kemampuan rata-rata atau di atas rata-rata. Namun, dengan mengetahui teknik, akan membantu kita dalam hal ini kerja otak dalam proses mengingat nama berkaitan dengan teknik asosiasi di atas.

3.Mengeja (menuliskan) serta mengucapkan nama dengan benar. Dalam teknik komunikasi verbal (ucapan), mengucapkan nama seseorang dengan benar merupakanb bagian dari perwujudan perhatian dan respek kita pada teman bicara, dimana dituntunt untuk senantiasa kita bertindak cermat dan fokus. Hal yang sama juga pada komunikasi tulisan, dalam menuliskan nama (ejaannya) serta dalam format resmi berkaitan dengan gelar atau jabatan, sekali lagi kecermatan membuktikan seberapa jauh perhatian kita pada teman bicara kita sekaligus bagian dari respek kita kepadanya. Bisa jadi secara penulisan sama, namun pengucapan berdasarakan aksen bisa berbeda-beda misal merujuk asal daerah, kebudayaan dll. Baiknya merujuk dalam pengucapan merujuk konvensi sebagaimana nama teman bicara lazimnya diucapkan dengan benar. Ambil contoh nama Sugeng. Pengucapan dengan aksen Jawa “Sugeng“,  aksen Batak “Sugénk“, tentu sudah sepatutnya memanggilnya sesuai dengan nama dalam hal ini pengucapan nama “Sugeng” yang berhubungan dengan budaya Jawa. Pengucapan dan penulisan nama yang unik akan menambah hubungan asosiasi dari input nama yang bersangkutan yang tersimpan dalam otak.

4.Repetisi.Repetisi (mengulang) baik dalam bentuk mengingat-ingat dapat dilakukan seperti secara membuka memorabilia seperti foto lama teman-teman, kartu nama dll, periodik mengontak baik secara fisik maupun lewat media lain seperti telepon, email atau melalui instant messaging serta mendoakan mereka. Mengontak secara periodik seperti menjalin silahturahmi secara periodik selain dalam bentuk menjalin hubungan setelah sekian lama tidak bersua, tidak saja mendekatkan secara emosional namun separti yang diutarakan pada tips nomor 2, merefresh otak dalam membangun hubungan asosiasi yang terhubung dengan teman bicara kita tersebut.

 

Dari penjelasan beberapa tips di atas, bahwa produktifitas pun dapat diterapkan dalam mengembangakan kemampuan diri tidak terkecuali untuk berkomunikasi sekaligus mengembangkan relasi. Melatih diri dan membiasakan diri terhadap hal baru untuk terus belajar dan berubah ke arah yang lebih baik itu menjadi kunci utama untuk kita tetap produktif dalam hidup … Hidup Produktif!

 

 

Image Credit:Ambro-freedigitalphotos.net

Penulis: JM Zacharias | Business Strategist | Founder HidupProduktif.Com |

*Tentang HidupProduktif.Com
HidupProduktif.Com hadir mendukung efektifitas kegiatan produktif pribadi serta peningkatan produktitas operasional institusi/korporasi dan bisnis. Didukung dengan artikel-artikel terkini merekam sisi produktifitas sehari-hari, permasalahan, mengemasnya dalam format yang mudah dicerna dengan solusi jitu serta twit-twit produktif melalui Twitter @HidupProduktif.

Share
ByHidupProduktif.Com

Legasi Tulisan Tangan

Di jaman digital, membuat segala sesuatu menjadi efisien. Online yang bisa mengatasi batasan ruang dan waktu sekalgus menggantikan keberadaan tatap muka secara fisik serta paperless yang mereduksi penggunaan kertas yang digantikan dengan media elektronik email, e-paper, e-form. Banyak hal dapat dilakukan oleh semua serba elektronik. Buku dan kertas seperti dalam menulis catatan alih peran notebook/gadget/smartphone dengan format aplikasi yang beragam mulai dari Word, Evernote, Adobe Acrobat dll.

Beberapa dekade lalu, menulis jurnal pribadi dilakukan pada diari atau agenda. Sekarang peran aplikasi digital sudah banyak yang merangkumnya dengan beragam fitur yang ditawarkan termasuk dengan daya tarik online yang dapat diakses dari mana pun dan kapan pun, tanpa ragu akan kapasitas ukuran data berkat Cloud Technology yang banyak digunakan seperti yang ditawrkan layanan Google Drive, Evernote, DropBox dll. Dalam bentuk digital menulis, menjadi cepat, mudah mulai dari menghapus, meng-copy bagian tertentu kemudian menyalinnya di bagian lain, dimana yang sudah pasti lompatan besar dibandingkan menulis secara manual.

Namun, suatu saat (setelah melewati beberapa tahun lewat) ada karakteristik yang membedakan tulisan pada medium tangible (dapat disentuh) seperti kertas, kayu dan media lain; jika kita bandingkan dengan menulis pada format digital yang dalam bentuk standar. Tulisan tangan pada medium tangible (tidak kasat mata) misal seperti pada kertas, mempunyui karakteristik unik dari masing-masing orang yang menulisnya. Baik dari sisi pola tulisan/huruf, tekanan pada pola huruf, kemiringan, kerapatan dan tebal tipis-nya huruf. Singkatnya tulisan tangan memiliki pola yang unik erat kaitannya dengan pribadi masing-masing orang dan berhubungan dengan konteks seperti kapan yang berkaitan dengan periode tertentu (masih ingat tulisan orang tua yang lahir sebelum jaman kemerdekaan dengan pola tulisan tangan lebih dominan tulisan dengan sekali tarikan, agak mirip yang kita kenal dengan hurup latin).
Karena itu lah misal pada buka agenda, jurnal atau diari , mulai dari kondisi kertas/buku, tinta, pola tulisan tangan di atas semakin lama semakin meninggalkan memori (merekam memori) lebih lengkap dibandingkan jika kita membaca jurnal/diary digital, seperti contoh foto buku agenda kerja yang beberapa tahun silam pada foto di atas.

Berkaitan dengan muatan emosional pada memori dalam bentuk tulisan tangan, bisa dalam bentuk tulisan tangan orang tua yang merekam perkembangan anak dan harapan orang tua dari masa ke masa. Seperti pada contoh video dibawah ini, bagaimana seorang putri, Lakshmi Pratury (pada forum TED 2007) menceritakan legasi almarhum ayahnya dalam bentuk buku yang ditulis sang ayah mengikuti perkembangan putrinya beserta nasihat-nasihatnya.

Menyimak video di atas yang merupakan refleksi kita dalam melihat kemajuan gelombang modernasi, namun jangan meninggalkan peran-peran yang tak digantikan seperti legasi menulis dengan tangan. Lakshmi Pratury meringkas pemikirannya dengan judul yang menohok ‘The lost art of letter-writing‘ (Hilangnya seni tulis tangan).

Kembali pada diri kita, seberapa sering kah kita menulis dengan tangan pada media kertas misalnya. Selain mempunyai peran sebagai artefak memori (memorabilia) pada beberapa tahun berikutnya, aktifitas tulisan tangan juga bagus dalam merangsang dan melatih koordinasi saraf motorik, otak dan emosi diri manusia. Karena itu tidak ada salahnya, kalau membiasakan diri rutin dalam aktifitas menulis tangan di sela-sela kegiatan yang didominasi dengan hal-hal yang serba digital.

Jika dalam modernisasi, masyarakat urban menggalakan juga gerakan kembali ke alam (back to nature). Tidak ada salahnya, ditengah hiruk pikuknya dunia digital, sisihkan waktu juga untuk kembali ke aktifitas-aktifitas yang dulu sering dilakukan sebelum era digitalisasi masuk. Ayo menulis. Tulisan tangan Anda, keren kok! Gak percaya? Tulis beberapa hal merekam kejadian, opini dll. Lalu simpan dan buka tiga tahun lagi. Serasa terbang ke masa silam via tulisan tangan Anda. Dan itu juga menjadi legasi pada keluarga, kerabat, sahabat tercinta bahkan pada masyarakat. Who knows? Let’s do it and then Prove It!

Selamat Mencoba.

Penulis & Image Credit: JM Zacharias | Business Strategist | Founder HidupProduktif.Com |

*Tentang HidupProduktif.Com
HidupProduktif.Com hadir mendukung efektifitas kegiatan produktif pribadi serta peningkatan produktitas operasional institusi/korporasi dan bisnis. Didukung dengan artikel-artikel terkini merekam sisi produktifitas sehari-hari, permasalahan, mengemasnya dalam format yang mudah dicerna dengan solusi jitu serta twit-twit produktif melalui Twitter @HidupProduktif.

Share