mengapa keinginan untuk menulis itu lebih sulit dari berbicara?
mengapa keinginan untuk membaca itu lebih sulit dari menonton tv?
mengapa?
itu bermula dari kebiasaan saja.
seberapa besar waktu kita dialokasikan,seberapa besar perhatian, energi dan hasrat dicurahkan, pada akhirnya kompetensi adalah harga yang pantas dibayarkan untuk usaha/kerja keras tsb. (JM Zacharias, 2010)
Kutipan diatas merupakan percikan suara hati saya, delapan waktu berselang namun tetap relevan. Apalagi makin banyak produk dan hal-hal lain yang menarik minat kita yang kemudian meninggalkan prirotas minat membaca. Dengan artikel ini bertujuan mengajak kembali jadikan membaca buku [buku fisik] menjadi kegiatan produktif. Berikut alasan mengapa kegiatan membaca rutin merupakan tidak saja namun produktif namun memberi banyak manfaat berikut tips-tips kegiatana membaca yang produktif.
Alasan Kegiatan Membaca Itu Penting Bagi Kita
1. Menyehatkan dan Menjaga Otak tetap pada Top Perform-nya
Sebagaimana otot dilatih setiap saat, sehingga siap saat diperlukan untuk berlari dan melakukan kegiatan olah raga lainnya. Otak pun demikian. Perlu membiasakan otak untuk berlatih salah satunya lewat membaca. Latihan otak yang rutin salah satunya melalui membaca buku setiap hari. Bahkan artikel pada psychologytoday.com memyebutnya sebagai Reading can be like mental gymnastics for the brain yang tidak hanya membantu otak untuk tumbuh berkembang serta juga mencegah kita dari dampak demensia & alzheimer .
2. Beri Masukan Input (Informasi & Pengetahuan)
Kita sudah tahu bahwa membaca merupakan salah satu kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan yang erat kaitannya dengan proses otak dalam proses kita dalam berpikir kognitif baik mulai menyimpan informasi/pengetahuan dalam memori, mendayagunakannya kembali saat dibutuhkan dalam berpikir saat kita berdiskusi/mengemukakan pendapat sampai pada pengambilan keputusan. Dengan membaca sejarah atau buku biografi bahkan buku novel pun dapat memberi sudut pandang baru yang turut memperluas horison kita dalam menghadapi berbagai hal bahkan untuk hal-hal baru yang belum pernah kita alami sekalipun, dan ini berkat dari membaca buku dari pengalaman serta pengatahuan praktis lainnya.
Profesor Keith Oatley menganologikan kegiatan membaca buku seperti berlatih simulator. Seorang calon pilot dan pilot pun terus mengasah kemampuan serta pengetahuan dengan simulasi lewat berlatih simulator.
Demikian halnya dengan kegiatan membaca yang disebutnya sebagai Life Simulator dimana kita pun membutuhkan pengetahuan dan melatih kemampuan menganalisa yang pada akhinya membantu pijakan kita proses dlm kontruksikan pandangan, dalam memecahkan masalah dan pengambilan keputusan dalam menghadapi tantangan kedepan kehidupan sehari-hari.
”Saya kira itu pengorbanan seorang kakak. Dia berhenti sekolah tapi dia tdk berhenti membeli dan membaca buku,” Wahyu Susilo. #MataNajwa
— Mata Najwa (@MataNajwa) March 29, 2017
Kutipan twit di atas kesaksian tentang sastrawan dan aktivis hak asasi manusia [yang masih hilang sejak tahun 1998] Widji Thukul yang rajin membeli dan membaca buku saat harus berkorban tidak melanjutkan sekolah sebagaimana yang diceritakan adiknya. Kisah lainnya dari komedian dan host berbagai talk-show Tukul Arwana sebagai yang diceritakan Dedi ‘Miing’ Gumelar yang tahun 90-an awal menjadi produser radio komedi Suara Kejayaan (Radio SK) yang melihat keseriusan Tukul Arwana yang menjadi penyiar radio SK tersebut mengisi waktu luangnya dengan menambah pengetahuan dengan membaca buku disela-sela kesibukannya.
Bahkan dengan membaca, bahkan kamus sekali pun secara rutin membantu musisi Eminem dalam untuk memperkaya perbendaharaan kata yang nantinya berguna saat dibutuhkan dalam menuangkan kata demi kata pada lirik lagunya. Bahkan kemampuan penciptaan lirik ini membuat karyanya menonjol di kancah pencipta lagu dunia dan istilah baru dari liriknya ada yang scara resmi masuk dalam kamus (Oxford English Dictionary).
3. Pengalaman dengan Sensor-Sensor Panca Indra Tingkatkan Efektifitas Belajar
Mungkin ada yang bergumam kalau sudah membaca media sosial, artikel-artikel online, bahkan bacaan elektronik sekalipun berati sudah cukup alias tidak perlu [tinggalkan] kebiasaan membaca buku secara fisik. Tahu kah Anda, kegiatan membaca buku fisik mulai dengan merasakan pengalaman membuka lembar demi lembar buku [belum lagi merasakan tekstur kasar lembut halaman buku] memberi pesan yang tidak saja pada sensor peraba kita namun juga kolektif dengan apa yang diterima sensor visual kita (mata) untuk kemudian dikirim ke otak yang menjadi pusat kontrol dan pemprosesannya.
Rangsangan-rangsangan motorik tersebut cukup memberi pengalaman yang memperkuat bangunan informasi dan pengetahuan yang disimpan pada memori untuk kemudian efektifitasnya mendukung saat dibutuhkan untuk proses selajutya seperti proses mengingat, analisis sampai pada pengambilan keputusan.
Efektifitasnya mirip dengan cara kerja rangsanagn motorik saat kita belajar dengan cara baik lewat menulisnya kembali, meringkas, membuat bagan-bagan pemodelan, bahkan saat proses menghafalnya dengan proses mengulang serta membaca dengan keras atau dengan cara menyanyikannya (sebagaimana ada akan ingat dengan pesan-pesan dengan menyanyikan jingle tertentu).
4. Buku merupakan Sahabat Setia sekaligus Guru
Menempatkan buku sebagai personifikasi sahabat dan guru ini tentu tidak berlebihan. Di saat tengah malam, Anda kesulitan tidur dan merasa sepi sendiri … Anda bisa menemuinya kapan pun dan bisa memintanya untuk bercerita sesuatu yang lucu, sesuatu yang [pengalaman yang mungkin terlihat bodoh] namun menghibur sekaligus memberi pandangan, pengalaman sekaligus pengetahuan baru. Dan ini baik untuk menstimulasikan mental sekaligus me-manage stress secara alami sehat.
Itu mengapa buku juga merupakan guru yang baik dan setia kapan saja Anda membutuhkan. Bahkan saat Anda ingin masuk dalam gaya hidup yang lain sama sama sekali berbeda sekali pun [tanpa harus mengubah gaya hidup/kehidupan sehari-hari Anda], Anda dapat menyelaminya dengan merengkuh sang sahabat (buku) yang sesuai minat dan imajinasi Anda.
Saya gunakan personafikasian buku ini, tidak lain untuk memberi gambaran bahwa kegiatan membaca buku ibarat seperti kita berkomunikasi atau bergaul dengan orang lain. Semakin intens, semakin rutin, hubungan dan proses saling mengisi pun tercipta. Itu mengapa kegiatan membaca buku menjadi suatu kegiatan rutin, ritual setiap harinya yang menyenangkan dan bermanfaat tentunya.
“Books are the quietest and most constant of friends; they are the most accessible and wisest of counselors, and the most patient of teachers.”
― Charles W. Eliot
Pernah kah Anda membaca buku seperti buku auto biografi dan merasakan seperti berhadapan langsung dengan sang tokoh sekaligus penulisnya [merasakan langsung apa yang dirasakan penulis pada jamannya] yang dengan gaya yang khas bagikan sesuatu yang membuat Anda belajar banyak darinya. Ini tentu saja melompat ruang [tempat] dan waktu … apalagi sang penulis sudah lama hidup berabad-abad silam seperti catatan tentang Nusantara oleh T. S. Raffles, A. R. Wallace dalam buku-buku ini.
Merinding … kagum lihat karya yg ditulis berabad-abad silam ttg Nusantara oleh T. S. Raffles, A. R. Wallace dll. pic.twitter.com/pbzIB7FlB3
— A Man Called A JMZ [JM Zacharias ???] (@jmzacharias) May 7, 2016
Setelah tahu beberapa alasan di atas [dan masih banyak lagi alasan lainnya] mengapa kegiatan membaca itu penting. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk memulai. Jangan banyak menunda. Just Do It! Tidak apa-apa mulai dari langkah-langkah kecil, namun fokus dan terus menerus sampai akhirnya perjalanan panjang (journey) tidak terasa telah mampu Anda jalankan dengan baik termasuk mengatasi tantangan-tantangannya. Bahkan sikap malas atau ragu yang sebelumnya Anda anggap biasa pun menjadi ‘benalu-benalu kecil‘ yangg terus memakan potensi dan sumber daya Anda. Namun itu tidak lagi, jika Anda memutuskan untuk memulai kebiasaan-kebiasaan baik setiap harinya.
Sebelum membahas tips-tipskegiatan #30MenitBacaBukuSetiapHari. Berikut hasil paparan penelitian yang dilakukan University of Michigan’s yearly Health and Retirement Study bahwa kegiatan 30 Menit membaca setiap hari merupakan waktu rata-rata yang cukup optimal memberi dampak untuk umur pembaca lebih panjang 2 tahun dari yang tidak berkegiatan rutin membaca tersebut. Perlu diperhatikan hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa dampak tersebut signifikan bila kegiatan membaca 30 menit setiap hari tersebut dilakuan minimal 12 tahun, sebuah proses yang tidak singkat.
Setelah mengetahui latarbelakang dan efektifitas kegiatan #30MenitBacaBukuSetiapHari berikut tips menjalankan setiap hari
Tips kegiatan membaca setiap hari (#30MenitBacaBukuSetiapHari)
a. Cari Tahu Tujuan Membaca
Cari tahu dahulu tujuan membaca Anda, apakah untuk mencari hiburan, cari inspirasi untuk berkarya, menggali lebih dalam problem sosial atau pengetahuan yang menjadi minat Anda dll. Dengan mengetahui tujuan, akan memudahkan dalam memilih kateogori buku yang diinginkan apakah buku text book, buku novel, buku seni dll.
b. Kenali Diri Anda
Meski kegiatan membaca terdengar seperti lazimnya kegiatan lain, namun jika dikaitkan dengan suatu proses panjang terkait memulai kebiasaan baru [berubah] ini tidak seperti membalikkan telapak tangan. Awalnya seperti mudah, namun tanpa komitmen, fokus dan kesungguhan [tekad yg kuat], layu di tengah perjalanan merupakan hal yang jamak bahkan terkadang diterima seperti kodrat yang tidak bisa diubah.
Karena itu kenali diri Anda, sekaligus mempertajam tekad, komitmen untuk terus fokus dan bersungguh-sungguh dalam proses kegiatan rutin membaca ini yang nantinya akan menjadi bagian hidup Anda.
Suatu proses yang terus ada selama Anda hidup dan mungkin bisa diterjemahkan dalam quote While I breath I keep reading (versi iseng2x dari kalimat bijak dalam bahasaa latin dum spiro spero yang kalau dalam bahasa Inggris “While I breathe, I hope”).
Selanjutnya dengan mengenal diri dan karakter Anda, ini akan lebih membantu dalam memformulakan kapan waktu, tempat serta target yang memungkinkan bagi Anda termasuk Anda merupakan orang yang sangat sibuk misal sekali membaca 10-20 halaman (dalam 30 menit) yang lama kelamaan kemampuan dan keasyikan membaca pun meningkat . Itu mengapa mengenali diri ini sangat penting. Karena cara berproses setiap orang pasti berbeda. Masing-masing punya tantangan dan keunikannnya sendiri.
c. Buat Kegiatan Membaca Menyenangkan
Kebiasaan #30MenitBacaBukuSetiapHari agar menjadi kebiasaan yang dirindukan di hari esoknya, ya caranya dengan membuat kegiatan membaca ini menyenangkan [menggabungkannya dengan mendengar alunan musik, menikmati bersama semilir angin dan pemandangan di luar/outdoor seperti foto artikel di atas serta ditemani kudapan dan kopi/teh seperti pada foto bawah], tidak membosankan dan dinamis diisi dengan hal-hal baru dan lebih menantang. Bahkan untuk sambil menunggu seperti menunggu pesawat, saya siapkan buku kecil [yg ringan dari sisi berat dan bobot isinya lebih sisi hiburan]. Membaca buku tidak harus satu kali sampai hafal titik koma dsb. Namun sesuai kebutuhan. Anda sendiri yang tahu untuk membaca buku ini Anda harus membaca berkali-kali sampai mendapatkan sesuatu yg sesuai tujuan Anda, atau membaca dengan memberi tanda [seperti dengan sticky note/post-it pada halaman tertentu seperti pada foto bawah].
Pada akhirnya apa yang dibahas di atas (alasan pentingnya membaca beserta tips-tips-nya), bergantung pada Kita sendiri. Sama seperti Anda, dulu saya tidak punya minat untuk membaca buku [lain ceritanya kalau terpaksa karena ada ujian atau tes sekolah/kuliah]. Waktu itu saya tahu bahwa kebiasaan membaca itu penting namun tidak membuat saya mengubah pola hidup untuk rajin membaca.
Sampai saya tahu titik balik saya, untuk mulai rajin membaca: pada saat saya tahu akan cita-cita saya agar mampu menulis artikel dengan baik. Lalu, hubungannya? Ya karena jika ingin menulis artikel yang baik harus banyak dan rajin membaca referensi-referensi lainnya. Dan buku merupakan referensi penting. Momen itu pula lah yang berhasil membuat saya punya kebiasaan membaca.
Itu mengapa saya tidak henti-hentinya mengajak Anda semua untuk punya kebiasaan membaca. Saya pun suka membuat souvenir pembatas buku yang secara simbolis memberi pesan pada penerimanya agar kemudian diletakkan pada buku mana yang ingin dibacanya. Bukan kah itu keren, jika makin banyak yang punya kebiasaan membaca buku. Sehingga kutipan [quote] saya delapan tahun silam ini menjadi pertanyaan yang tinggal kenangan [tidak perlu dipertanyakan lagi]. Semoga!
mengapa keinginan untuk membaca itu lebih sulit dari menonton tv?
mengapa?
itu bermula dari kebiasaan saja.
seberapa besar waktu kita dialokasikan,seberapa besar perhatian, energi dan hasrat dicurahkan, pada akhirnya kompetensi adalah harga yang pantas dibayarkan untuk usaha/kerja keras tsb. (JM Zacharias, 2010)
Kampanye #30MenitBacaBukuSetiapHari
Penulis: JM Zacharias | Business Strategist | Founder HidupProduktif.Com |
*image credit: Min An
*Tentang HidupProduktif.Com
HidupProduktif.Com hadir mendukung efektifitas kegiatan produktif pribadi serta peningkatan produktitas operasional institusi/korporasi dan bisnis. Didukung dengan artikel-artikel terkini merekam sisi produktifitas sehari-hari, permasalahan, mengemasnya dalam format yang mudah dicerna dengan solusi jitu serta twit-twit produktif melalui Twitter @HidupProduktif.
Di jaman digital, membuat segala sesuatu menjadi efisien. Online yang bisa mengatasi batasan ruang dan waktu sekalgus menggantikan keberadaan tatap muka secara fisik serta paperless yang mereduksi penggunaan kertas yang digantikan dengan media elektronik email, e-paper, e-form. Banyak hal dapat dilakukan oleh semua serba elektronik. Buku dan kertas seperti dalam menulis catatan alih peran notebook/gadget/smartphone dengan format aplikasi yang beragam mulai dari Word, Evernote, Adobe Acrobat dll.
Beberapa dekade lalu, menulis jurnal pribadi dilakukan pada diari atau agenda. Sekarang peran aplikasi digital sudah banyak yang merangkumnya dengan beragam fitur yang ditawarkan termasuk dengan daya tarik online yang dapat diakses dari mana pun dan kapan pun, tanpa ragu akan kapasitas ukuran data berkat Cloud Technology yang banyak digunakan seperti yang ditawrkan layanan Google Drive, Evernote, DropBox dll. Dalam bentuk digital menulis, menjadi cepat, mudah mulai dari menghapus, meng-copy bagian tertentu kemudian menyalinnya di bagian lain, dimana yang sudah pasti lompatan besar dibandingkan menulis secara manual.
Namun, suatu saat (setelah melewati beberapa tahun lewat) ada karakteristik yang membedakan tulisan pada medium tangible (dapat disentuh) seperti kertas, kayu dan media lain; jika kita bandingkan dengan menulis pada format digital yang dalam bentuk standar. Tulisan tangan pada medium tangible (tidak kasat mata) misal seperti pada kertas, mempunyui karakteristik unik dari masing-masing orang yang menulisnya. Baik dari sisi pola tulisan/huruf, tekanan pada pola huruf, kemiringan, kerapatan dan tebal tipis-nya huruf. Singkatnya tulisan tangan memiliki pola yang unik erat kaitannya dengan pribadi masing-masing orang dan berhubungan dengan konteks seperti kapan yang berkaitan dengan periode tertentu (masih ingat tulisan orang tua yang lahir sebelum jaman kemerdekaan dengan pola tulisan tangan lebih dominan tulisan dengan sekali tarikan, agak mirip yang kita kenal dengan hurup latin).
Karena itu lah misal pada buka agenda, jurnal atau diari , mulai dari kondisi kertas/buku, tinta, pola tulisan tangan di atas semakin lama semakin meninggalkan memori (merekam memori) lebih lengkap dibandingkan jika kita membaca jurnal/diary digital, seperti contoh foto buku agenda kerja yang beberapa tahun silam pada foto di atas.
Berkaitan dengan muatan emosional pada memori dalam bentuk tulisan tangan, bisa dalam bentuk tulisan tangan orang tua yang merekam perkembangan anak dan harapan orang tua dari masa ke masa. Seperti pada contoh video dibawah ini, bagaimana seorang putri, Lakshmi Pratury (pada forum TED 2007) menceritakan legasi almarhum ayahnya dalam bentuk buku yang ditulis sang ayah mengikuti perkembangan putrinya beserta nasihat-nasihatnya.
Menyimak video di atas yang merupakan refleksi kita dalam melihat kemajuan gelombang modernasi, namun jangan meninggalkan peran-peran yang tak digantikan seperti legasi menulis dengan tangan. Lakshmi Pratury meringkas pemikirannya dengan judul yang menohok ‘The lost art of letter-writing‘ (Hilangnya seni tulis tangan).
Kembali pada diri kita, seberapa sering kah kita menulis dengan tangan pada media kertas misalnya. Selain mempunyai peran sebagai artefak memori (memorabilia) pada beberapa tahun berikutnya, aktifitas tulisan tangan juga bagus dalam merangsang dan melatih koordinasi saraf motorik, otak dan emosi diri manusia. Karena itu tidak ada salahnya, kalau membiasakan diri rutin dalam aktifitas menulis tangan di sela-sela kegiatan yang didominasi dengan hal-hal yang serba digital.
Menulis dgn tangan menggunakan alat tulis & kertas? latih sinergi otot motorik, indra sentuh+visual,emosi & kerja otak. *Bisa jd memorabilia
— Hidup Produktif (@HidupProduktif) October 4, 2016
Jika dalam modernisasi, masyarakat urban menggalakan juga gerakan kembali ke alam (back to nature). Tidak ada salahnya, ditengah hiruk pikuknya dunia digital, sisihkan waktu juga untuk kembali ke aktifitas-aktifitas yang dulu sering dilakukan sebelum era digitalisasi masuk. Ayo menulis. Tulisan tangan Anda, keren kok! Gak percaya? Tulis beberapa hal merekam kejadian, opini dll. Lalu simpan dan buka tiga tahun lagi. Serasa terbang ke masa silam via tulisan tangan Anda. Dan itu juga menjadi legasi pada keluarga, kerabat, sahabat tercinta bahkan pada masyarakat. Who knows? Let’s do it and then Prove It!
Selamat Mencoba.
Penulis & Image Credit: JM Zacharias | Business Strategist | Founder HidupProduktif.Com |
*Tentang HidupProduktif.Com
HidupProduktif.Com hadir mendukung efektifitas kegiatan produktif pribadi serta peningkatan produktitas operasional institusi/korporasi dan bisnis. Didukung dengan artikel-artikel terkini merekam sisi produktifitas sehari-hari, permasalahan, mengemasnya dalam format yang mudah dicerna dengan solusi jitu serta twit-twit produktif melalui Twitter @HidupProduktif.