“Maaf Mas Namanya …?” Pertanyaan yang terkadang kembali ditanyakan saat bertemu orang baru (baru beberapa saat setelah saling berkenalaan). Bersalaman sambil memberi tahu nama kita merupakan bagian dari etika dalam memperkenalkan diri dengan orang baru. Bersalaman, bertegur sapa, saling memandang, tersenyum tidak lupa memperkenalkan nama kita dan juga sekaligus mendengarkan ucapan termasuk namanya. Celakanya dalam waktu yang hampir bersamaan, terkadang nama yang baru disebutkan mendadak hilang ditelan bumi. Mungkin kurang keras saat namanya diucapkan, kita kurang fokus karena dalam waktu bersamaan beberapa aktifitas seperti dilakukan. Lantas bagaimana, kita mensiasati agar tidak terjebak dalam perangkap “lupa nama” pada beberapa orang yang pernah kita temui, berikut beberapa tip untuk mengatasi hal di atas:
1.Fokus. Saat berkenalan kita harus fokus untuk mencari tahu siapa nama orang yang diajak berkenalan. Bisa saja, sesaat setelah berkenalan kita lupa atau tidak yakin nama yang kita ingat atau dengar adalah benar. Maka pikiran kita fokus untuk mencari tahu atau memvalidasi nama yang bersangkutan. Asalkan tidak berulang-ulang untuk menanyakan kembali namanya, itu merupakan hal yang wajar untuk pertemuan pertama. Misalnya hal itu terjadi pada Anda, kalau pun ingat namun tidak yakin nama yang didengar tersebut, Anda bisa gunakan namanya yang tadi Anda dengar sebagai penegas kalimat menimpali obrolan ringan yang yang sedang Anda bahas seperti “Benar sekali! … Pak …? Ryan?” kalau teman bicara tersebut langsung membalas mengkonfirmasi namanya “Ryan!” Beres!. Namun jika Anda masih ragu, tidak ada salahnya untuk menegaskan “Maaf, bapak namanya … Ryan ? Maaf kalau tadi salah dengar.” Pada tahap ini seharusnya kita sudah mendapat konfirmasi nama yang tepat. Langkah selanjutnya mengingatnya dalam memori pikiran kita. Mengapa hal ini penting, karena otak kita menerima banyak sekali input yang masuk dari apa yang kita dengar, lihat ,rasakan dan lain-lain. Dalam neuroscience, proses masuknya input akan diproses di otak ditindaklanjuti ada yang masuk dalam memori sementara (jangka pendek) untuk kemudian hilang dalam jangka tertentu dan ada yang dapat masuk dalam proses memori jangka panjang. Semua butuh proses untuk itu, harus fokus dan juga teknik yang akan dibahas pada tips selanjutnya.
2.Asosiasi. Jika dilakukan permainan dan disebutkan satu nama teman yang Anda ingat, dan Anda diminta menyebutkan satu hal yang Anda ingat dari teman Anda tersebut secara spontan. Misal saat disebut Jacky, Anda langsung menyebut oval, gelap. Kata oval (bentuk wajah oval) dan gelap (kulit gelap) ini yang secara tidak sengaja Anda tempel pada seorang Jacky, dimana asosiasi ini yang membantu Anda mengingat teman Anda Jacky ini. Ini yang disebut teknik asosiasi! Teknik asosiasi ini membantu dalam menyimpan informasi pada otak sekaligus membantu dalam proses mengingat kembali dengan keyword oval-gelap- pada sosok Jacky. Dalam hal ini informasi visual wajah, bentuk tubuh, gestur tubuh, warna kulit akan tersimpan juga dalam otak kita pada bagian otak yang berbeda-beda namun akan saling terhubung dengan asosiasi yang kita bangun. Jadi misalkan suatu saat Anda bertemu dengan teman Anda ini yang mungkin beberapa tahun kemudian (rata-rata bentuk wajah, warna kulit tidak banyak berubah, kecuali kalau operasi plastik) informasi visual ini akan muncul kemudian terhubung berdasarakan asosiasi yang tersimpan pada otak kita , dengan mudah otak mengingat nama Jacky ini. Semakin intensif Anda berhubungan dengan teman Anda, semakin me-refresh otak, termasuk menambah input baru untuk saling terhubungan secara asosiatif. Hal yang unik pun akan terekam seperti mendengar suara teman di telepon meski tanpa melihatnya, kita bisa mengenalinya. Proses ini alamiah terjadi pada setiap orang dengan level kemampuan rata-rata atau di atas rata-rata. Namun, dengan mengetahui teknik, akan membantu kita dalam hal ini kerja otak dalam proses mengingat nama berkaitan dengan teknik asosiasi di atas.
3.Mengeja (menuliskan) serta mengucapkan nama dengan benar. Dalam teknik komunikasi verbal (ucapan), mengucapkan nama seseorang dengan benar merupakanb bagian dari perwujudan perhatian dan respek kita pada teman bicara, dimana dituntunt untuk senantiasa kita bertindak cermat dan fokus. Hal yang sama juga pada komunikasi tulisan, dalam menuliskan nama (ejaannya) serta dalam format resmi berkaitan dengan gelar atau jabatan, sekali lagi kecermatan membuktikan seberapa jauh perhatian kita pada teman bicara kita sekaligus bagian dari respek kita kepadanya. Bisa jadi secara penulisan sama, namun pengucapan berdasarakan aksen bisa berbeda-beda misal merujuk asal daerah, kebudayaan dll. Baiknya merujuk dalam pengucapan merujuk konvensi sebagaimana nama teman bicara lazimnya diucapkan dengan benar. Ambil contoh nama Sugeng. Pengucapan dengan aksen Jawa “Sugeng“, aksen Batak “Sugénk“, tentu sudah sepatutnya memanggilnya sesuai dengan nama dalam hal ini pengucapan nama “Sugeng” yang berhubungan dengan budaya Jawa. Pengucapan dan penulisan nama yang unik akan menambah hubungan asosiasi dari input nama yang bersangkutan yang tersimpan dalam otak.
4.Repetisi.Repetisi (mengulang) baik dalam bentuk mengingat-ingat dapat dilakukan seperti secara membuka memorabilia seperti foto lama teman-teman, kartu nama dll, periodik mengontak baik secara fisik maupun lewat media lain seperti telepon, email atau melalui instant messaging serta mendoakan mereka. Mengontak secara periodik seperti menjalin silahturahmi secara periodik selain dalam bentuk menjalin hubungan setelah sekian lama tidak bersua, tidak saja mendekatkan secara emosional namun separti yang diutarakan pada tips nomor 2, merefresh otak dalam membangun hubungan asosiasi yang terhubung dengan teman bicara kita tersebut.
Mengingat nama orang itu penting. Namun tidak kalah penting mengucapkan serta menulis nama orang dgn benar sbg bentuk perhatian dan respek.
— Hidup Produktif (@HidupProduktif) October 5, 2016
Dari penjelasan beberapa tips di atas, bahwa produktifitas pun dapat diterapkan dalam mengembangakan kemampuan diri tidak terkecuali untuk berkomunikasi sekaligus mengembangkan relasi. Melatih diri dan membiasakan diri terhadap hal baru untuk terus belajar dan berubah ke arah yang lebih baik itu menjadi kunci utama untuk kita tetap produktif dalam hidup … Hidup Produktif!
Image Credit:Ambro-freedigitalphotos.net
Penulis: JM Zacharias | Business Strategist | Founder HidupProduktif.Com |
*Tentang HidupProduktif.Com
HidupProduktif.Com hadir mendukung efektifitas kegiatan produktif pribadi serta peningkatan produktitas operasional institusi/korporasi dan bisnis. Didukung dengan artikel-artikel terkini merekam sisi produktifitas sehari-hari, permasalahan, mengemasnya dalam format yang mudah dicerna dengan solusi jitu serta twit-twit produktif melalui Twitter @HidupProduktif.