Tag Archive tips produktif

ByHidupProduktif.Com

Kepemimpinan dan Komunikasi Produktif: Cara Ahok temui warga setiap pagi di Balai Kota.

Kepemimpinan yang melayani mungkin mulai akrab di antara kita, seperti yang dapat dilihat pada profil pemimpin baru yang diperoleh lewat tumbuh kembangnya demokrasi termasuk salah satunya saat dibukanya kesempatan rakyat dapat menggunakan hak suara untuk memilih langsung pemimpinnya baik di Pilkada Kota/Kab dan Provinsi serta PilPres. Lewat waktu masa kerjanya kepemimpinannya diuji, apakah memberi dampak perubahan yang dicita-citakan bersama termasuk didalamnya memperhatikan perduli pada keluhan warga sekaligus mengakomodasikan juga potensi warga masyarakatnya. Di sini lah pentingnya komunikasi dan dalam kepemimpinan yang melayani turut mempersempit gap akses komunikasi warga masyarakat dan pemimpinnya.

Kebetulan hari ini (Kamis, 27 Oktober 2016 ), kesempatan hari terakhir (sebelum mulai cuti besok) untuk bisa ikut menyaksikan salah satu kebiasaan unik setiap pagi sebelum Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama memasuki kantornya (Balai Kota), bertemu dan berkomunikasi dengan masyarakat yang datang ke Bali Kota setiap pagi. Tadi sempat coba searching di google untuk mencari contoh figur pemimpin yang menyediakan waktu untuk bertemu warga yang bisa langsung datang ke Balai Kota setiap pagi , namun tidak ada catatan kegiatan seperti yang dilakukan Ahok dan ini merupakan gebrakan baru, termasuk akses untuk menerima informasi sebagaimana kejadian yang didokumentasikan saat Ahok menerima warga pun dapat diakses oleh masyarakat luas yang tidak sempat hadir melalui Youtube yang disediakan PemProv DKI

Meski selama ini hanya menyaksikannya lewat Youtube pun, sudah banyak menambah wawasan tentang seluk beluk permasalahan sekaligus potensi yang bisa digarap oleh Pemerintah Provinsi DKI . Namun di sisi lain, kehadiran (datang langsung) menyaksikan interaksi pemimpin dan warganya dalam suasana yang santai ini memberi atmosfir spesial. Dan seperti yang telah dilihat yang sudah-sudah, mekanisme informal seperti ini pun selain mempersempit gap jangkauan akses warga untuk menemui pemimpinnya, yang membina hubungan serta tidak saja efektif (hanya memakan waktu sekitar 1 jam-an) namun produktif dari sisi respon penangangan kelanjutannya.

Potret hubungan timbal balik komunikasi pemimpin dan warganya di atas, hanya terjadi jika ada trust (rasa percaya) dari warganya yang merupakan proses dan juga sebagai apresiasi atas kinerja dan integritas pemimpinnya. Warga masyarakat butuh pemimpinnya untuk mendengar aspirasi warga dan meresponnya dan bertindak dengan bijak. Di sisi lain, pemimpin butuh untuk tahu permasalahan, potensi, kritikan serta apresiasi warga ditingkat bawah sebagai balance control informasi yang lain yang sudah tersedia. Keseimbangan pada ke dua kutub di atas lah yang membuat komunikasi pemimpin dan warganya menjadi terjaga dan produktif.

Dari kegiatan di atas, beberapa poin kunci berkaitan dengan gaya kepemimpinan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama dan komunikasi produktif dengan yang dipimpin sekaligus stakeholder-nya dalam hal ini:

1. Kepemimpinan Melayani, dimana pemimpin mengambil inisiatif untuk berani turun melayani ini menjadi penggerak pendulum pertama membuka komunikasi dengan yang warga dipimpin, sekaligus mempersempit kesenjangan akses komunikasi warga terhadap pemimpinnya.

2. Empati menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam komunikasi dari kepemimpinan yang melayani. Sikap empati ini harus tulus karena dalam kepemimpinan melayani, pemimpin turun ambil bagian melayani dan jika tidak ada empati, sudah pasti tidak akan efektif. Empati lah yang membungkus komunikasi produktif baik dalam konteks visual, verbal dan non-verbal lainnya.

3. Berintegritas dan Otentik. Integritas terkait dengan adanya kesatuan landasan kebenaran dengan tindakan nyata. Membuka diri, juga merupakan bagian penting dari kepemimpinan melayani. Bersikap otentik (apa adanya) sesuai jati diri (tidak berpura-pura) merupakan faktor penting pendukung kepemimpinan melayani. Dan tentu saja pemimpin yang suka pencitraan termasuk lewat kata-kata yang baik namun dari tindakannya/langkah nyata (lips service), sudah pasti tidak memilik sikap otentik.

4. Format kegiatan komunikasi contoh di atas, pengaturan kegiatan yang sistematis (pemisahan grup sesuai dengan jenis keperluan), dan komunikasi singkat padat, didokumentasi, ditindaklanjuti dengan orientasi target yang jelas.

5. Pemimpin dalam mendengar aspirasi/permasalahan lainnya, dalam waktu singkat bisa mengalokasikan mana yang bisa langsung dijawab dan mana yang harus di-follow-up oleh siapa (staf), ke bagian apa, beserta tenggat waktu dsb.

Dari menyaksikan warga masyarakat yang berinteraksi langsung dengan Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama di hari terakhir menjelang cuti panjang 4 bulan ini (Kamis, 27 OKtober 2016), diharapkan kita warga masyarakat tidak hanya mendapat informasi dan wawasan tentang apa yang terjadi, yang sedang dikerjakan namun juga melalui artikel yang mencoba membedah kegiatan populis ini dalam bentuk teladan contoh-contoh metode kepemimpinan kerja produktif di atas yang secara teknis dapat juga dijalankan siapa saja dalam kaitan seni memimpin serta berkomunikasi produktif. Kalau Ahok yang sudah sangat sibuk saja, masih bisa memberi waktu setiap pagi untuk bertemu dan melayani warga masyarakat yang datang ke Balai Kota serta berbagai kegiatan lainnya dengan efektif dan produktif. Dan terbukti! Kita pun sudah menyaksikannya. Bagaiamana dengan kita? Lalu tunggu apa lagi? Ayo kita praktekan!

Image Credit: @jmzacharias

Penulis: JM Zacharias | Business Strategist | Founder HidupProduktif.Com |

*Tentang HidupProduktif.Com
HidupProduktif.Com hadir mendukung efektifitas kegiatan produktif pribadi serta peningkatan produktitas operasional institusi/korporasi dan bisnis. Didukung dengan artikel-artikel terkini merekam sisi produktifitas sehari-hari, permasalahan, mengemasnya dalam format yang mudah dicerna dengan solusi jitu serta twit-twit produktif melalui Twitter @HidupProduktif.

Share
ByHidupProduktif.Com

Tips Mengingat Nama

“Maaf  Mas Namanya …?”  Pertanyaan yang terkadang kembali ditanyakan saat bertemu orang baru  (baru beberapa saat setelah saling berkenalaan). Bersalaman sambil memberi tahu nama kita merupakan bagian dari etika dalam memperkenalkan diri dengan orang baru. Bersalaman, bertegur sapa, saling memandang, tersenyum tidak lupa memperkenalkan nama kita dan juga sekaligus mendengarkan ucapan termasuk namanya. Celakanya dalam waktu yang hampir bersamaan, terkadang nama yang baru disebutkan mendadak hilang ditelan bumi. Mungkin kurang keras saat namanya diucapkan, kita kurang fokus karena dalam waktu bersamaan beberapa aktifitas seperti dilakukan. Lantas bagaimana, kita mensiasati agar tidak terjebak dalam perangkap “lupa nama” pada beberapa orang yang pernah kita temui, berikut beberapa tip untuk mengatasi hal di atas:

1.Fokus. Saat berkenalan kita harus fokus untuk mencari tahu siapa nama orang yang diajak berkenalan. Bisa saja, sesaat setelah berkenalan kita lupa atau tidak yakin nama yang kita ingat atau dengar adalah benar. Maka pikiran kita fokus untuk mencari tahu atau memvalidasi nama yang bersangkutan. Asalkan tidak berulang-ulang untuk menanyakan kembali namanya, itu merupakan hal yang wajar untuk pertemuan pertama. Misalnya hal itu terjadi pada Anda,  kalau pun  ingat namun tidak yakin nama yang  didengar tersebut, Anda bisa gunakan namanya yang tadi Anda dengar sebagai penegas kalimat menimpali obrolan ringan yang yang sedang Anda bahas seperti “Benar sekali! … Pak …? Ryan?” kalau teman bicara tersebut langsung membalas mengkonfirmasi namanya “Ryan!” Beres!. Namun jika Anda masih ragu, tidak ada salahnya untuk menegaskan “Maaf, bapak namanya … Ryan ? Maaf kalau tadi salah dengar.” Pada tahap ini seharusnya kita sudah mendapat konfirmasi nama yang tepat. Langkah selanjutnya mengingatnya dalam memori pikiran kita. Mengapa hal ini penting, karena otak kita menerima banyak sekali input yang masuk dari apa yang kita dengar, lihat ,rasakan dan lain-lain. Dalam neuroscience, proses masuknya input akan diproses di otak ditindaklanjuti ada yang masuk dalam memori sementara (jangka pendek) untuk kemudian hilang dalam jangka tertentu dan ada yang dapat masuk dalam proses memori jangka panjang. Semua butuh proses untuk itu, harus fokus dan juga teknik yang akan dibahas pada tips selanjutnya.

2.Asosiasi. Jika dilakukan permainan dan  disebutkan satu nama teman yang Anda ingat, dan Anda diminta menyebutkan satu hal yang Anda ingat dari teman Anda tersebut secara spontan. Misal saat disebut Jacky, Anda langsung menyebut oval, gelap. Kata oval (bentuk wajah oval) dan gelap (kulit gelap)  ini yang secara tidak sengaja Anda  tempel pada seorang Jacky, dimana asosiasi ini yang membantu Anda mengingat teman Anda Jacky ini. Ini yang disebut teknik asosiasi! Teknik asosiasi ini membantu dalam menyimpan informasi pada otak sekaligus membantu dalam proses mengingat kembali dengan keyword oval-gelap- pada sosok Jacky. Dalam hal ini informasi visual wajah, bentuk tubuh, gestur tubuh, warna kulit akan tersimpan juga dalam otak kita pada bagian otak yang berbeda-beda namun akan saling terhubung dengan asosiasi yang kita bangun. Jadi misalkan suatu saat Anda bertemu dengan teman Anda ini yang mungkin beberapa tahun kemudian (rata-rata bentuk wajah, warna kulit  tidak banyak berubah, kecuali kalau operasi plastik) informasi visual ini akan muncul kemudian terhubung berdasarakan asosiasi yang tersimpan pada otak kita , dengan mudah otak mengingat nama Jacky ini. Semakin intensif Anda berhubungan dengan teman Anda, semakin me-refresh otak, termasuk menambah input baru untuk saling terhubungan secara asosiatif. Hal yang unik pun akan terekam seperti mendengar suara teman di telepon meski tanpa melihatnya, kita bisa mengenalinya.  Proses ini alamiah terjadi pada setiap orang dengan level kemampuan rata-rata atau di atas rata-rata. Namun, dengan mengetahui teknik, akan membantu kita dalam hal ini kerja otak dalam proses mengingat nama berkaitan dengan teknik asosiasi di atas.

3.Mengeja (menuliskan) serta mengucapkan nama dengan benar. Dalam teknik komunikasi verbal (ucapan), mengucapkan nama seseorang dengan benar merupakanb bagian dari perwujudan perhatian dan respek kita pada teman bicara, dimana dituntunt untuk senantiasa kita bertindak cermat dan fokus. Hal yang sama juga pada komunikasi tulisan, dalam menuliskan nama (ejaannya) serta dalam format resmi berkaitan dengan gelar atau jabatan, sekali lagi kecermatan membuktikan seberapa jauh perhatian kita pada teman bicara kita sekaligus bagian dari respek kita kepadanya. Bisa jadi secara penulisan sama, namun pengucapan berdasarakan aksen bisa berbeda-beda misal merujuk asal daerah, kebudayaan dll. Baiknya merujuk dalam pengucapan merujuk konvensi sebagaimana nama teman bicara lazimnya diucapkan dengan benar. Ambil contoh nama Sugeng. Pengucapan dengan aksen Jawa “Sugeng“,  aksen Batak “Sugénk“, tentu sudah sepatutnya memanggilnya sesuai dengan nama dalam hal ini pengucapan nama “Sugeng” yang berhubungan dengan budaya Jawa. Pengucapan dan penulisan nama yang unik akan menambah hubungan asosiasi dari input nama yang bersangkutan yang tersimpan dalam otak.

4.Repetisi.Repetisi (mengulang) baik dalam bentuk mengingat-ingat dapat dilakukan seperti secara membuka memorabilia seperti foto lama teman-teman, kartu nama dll, periodik mengontak baik secara fisik maupun lewat media lain seperti telepon, email atau melalui instant messaging serta mendoakan mereka. Mengontak secara periodik seperti menjalin silahturahmi secara periodik selain dalam bentuk menjalin hubungan setelah sekian lama tidak bersua, tidak saja mendekatkan secara emosional namun separti yang diutarakan pada tips nomor 2, merefresh otak dalam membangun hubungan asosiasi yang terhubung dengan teman bicara kita tersebut.

 

Dari penjelasan beberapa tips di atas, bahwa produktifitas pun dapat diterapkan dalam mengembangakan kemampuan diri tidak terkecuali untuk berkomunikasi sekaligus mengembangkan relasi. Melatih diri dan membiasakan diri terhadap hal baru untuk terus belajar dan berubah ke arah yang lebih baik itu menjadi kunci utama untuk kita tetap produktif dalam hidup … Hidup Produktif!

 

 

Image Credit:Ambro-freedigitalphotos.net

Penulis: JM Zacharias | Business Strategist | Founder HidupProduktif.Com |

*Tentang HidupProduktif.Com
HidupProduktif.Com hadir mendukung efektifitas kegiatan produktif pribadi serta peningkatan produktitas operasional institusi/korporasi dan bisnis. Didukung dengan artikel-artikel terkini merekam sisi produktifitas sehari-hari, permasalahan, mengemasnya dalam format yang mudah dicerna dengan solusi jitu serta twit-twit produktif melalui Twitter @HidupProduktif.

Share
ByHidupProduktif.Com

Legasi Tulisan Tangan

Di jaman digital, membuat segala sesuatu menjadi efisien. Online yang bisa mengatasi batasan ruang dan waktu sekalgus menggantikan keberadaan tatap muka secara fisik serta paperless yang mereduksi penggunaan kertas yang digantikan dengan media elektronik email, e-paper, e-form. Banyak hal dapat dilakukan oleh semua serba elektronik. Buku dan kertas seperti dalam menulis catatan alih peran notebook/gadget/smartphone dengan format aplikasi yang beragam mulai dari Word, Evernote, Adobe Acrobat dll.

Beberapa dekade lalu, menulis jurnal pribadi dilakukan pada diari atau agenda. Sekarang peran aplikasi digital sudah banyak yang merangkumnya dengan beragam fitur yang ditawarkan termasuk dengan daya tarik online yang dapat diakses dari mana pun dan kapan pun, tanpa ragu akan kapasitas ukuran data berkat Cloud Technology yang banyak digunakan seperti yang ditawrkan layanan Google Drive, Evernote, DropBox dll. Dalam bentuk digital menulis, menjadi cepat, mudah mulai dari menghapus, meng-copy bagian tertentu kemudian menyalinnya di bagian lain, dimana yang sudah pasti lompatan besar dibandingkan menulis secara manual.

Namun, suatu saat (setelah melewati beberapa tahun lewat) ada karakteristik yang membedakan tulisan pada medium tangible (dapat disentuh) seperti kertas, kayu dan media lain; jika kita bandingkan dengan menulis pada format digital yang dalam bentuk standar. Tulisan tangan pada medium tangible (tidak kasat mata) misal seperti pada kertas, mempunyui karakteristik unik dari masing-masing orang yang menulisnya. Baik dari sisi pola tulisan/huruf, tekanan pada pola huruf, kemiringan, kerapatan dan tebal tipis-nya huruf. Singkatnya tulisan tangan memiliki pola yang unik erat kaitannya dengan pribadi masing-masing orang dan berhubungan dengan konteks seperti kapan yang berkaitan dengan periode tertentu (masih ingat tulisan orang tua yang lahir sebelum jaman kemerdekaan dengan pola tulisan tangan lebih dominan tulisan dengan sekali tarikan, agak mirip yang kita kenal dengan hurup latin).
Karena itu lah misal pada buka agenda, jurnal atau diari , mulai dari kondisi kertas/buku, tinta, pola tulisan tangan di atas semakin lama semakin meninggalkan memori (merekam memori) lebih lengkap dibandingkan jika kita membaca jurnal/diary digital, seperti contoh foto buku agenda kerja yang beberapa tahun silam pada foto di atas.

Berkaitan dengan muatan emosional pada memori dalam bentuk tulisan tangan, bisa dalam bentuk tulisan tangan orang tua yang merekam perkembangan anak dan harapan orang tua dari masa ke masa. Seperti pada contoh video dibawah ini, bagaimana seorang putri, Lakshmi Pratury (pada forum TED 2007) menceritakan legasi almarhum ayahnya dalam bentuk buku yang ditulis sang ayah mengikuti perkembangan putrinya beserta nasihat-nasihatnya.

Menyimak video di atas yang merupakan refleksi kita dalam melihat kemajuan gelombang modernasi, namun jangan meninggalkan peran-peran yang tak digantikan seperti legasi menulis dengan tangan. Lakshmi Pratury meringkas pemikirannya dengan judul yang menohok ‘The lost art of letter-writing‘ (Hilangnya seni tulis tangan).

Kembali pada diri kita, seberapa sering kah kita menulis dengan tangan pada media kertas misalnya. Selain mempunyai peran sebagai artefak memori (memorabilia) pada beberapa tahun berikutnya, aktifitas tulisan tangan juga bagus dalam merangsang dan melatih koordinasi saraf motorik, otak dan emosi diri manusia. Karena itu tidak ada salahnya, kalau membiasakan diri rutin dalam aktifitas menulis tangan di sela-sela kegiatan yang didominasi dengan hal-hal yang serba digital.

Jika dalam modernisasi, masyarakat urban menggalakan juga gerakan kembali ke alam (back to nature). Tidak ada salahnya, ditengah hiruk pikuknya dunia digital, sisihkan waktu juga untuk kembali ke aktifitas-aktifitas yang dulu sering dilakukan sebelum era digitalisasi masuk. Ayo menulis. Tulisan tangan Anda, keren kok! Gak percaya? Tulis beberapa hal merekam kejadian, opini dll. Lalu simpan dan buka tiga tahun lagi. Serasa terbang ke masa silam via tulisan tangan Anda. Dan itu juga menjadi legasi pada keluarga, kerabat, sahabat tercinta bahkan pada masyarakat. Who knows? Let’s do it and then Prove It!

Selamat Mencoba.

Penulis & Image Credit: JM Zacharias | Business Strategist | Founder HidupProduktif.Com |

*Tentang HidupProduktif.Com
HidupProduktif.Com hadir mendukung efektifitas kegiatan produktif pribadi serta peningkatan produktitas operasional institusi/korporasi dan bisnis. Didukung dengan artikel-artikel terkini merekam sisi produktifitas sehari-hari, permasalahan, mengemasnya dalam format yang mudah dicerna dengan solusi jitu serta twit-twit produktif melalui Twitter @HidupProduktif.

Share
ByHidupProduktif.Com

Kolom JM : Filosofi #SSJB (Sedikit-Sedikit Jadi Bukit)

sore

Sore-sore di akhir pekan, aktifitas santai pun bisa dilakukan seperti nyruput kalau nggak kopi tubruk ya teh hijau hangat. Selain santai menenangkan pikiran, saya usahakan sambil baca buku. Sambil menyelam (sambil santai) minum air (aliran informasi/pengetahuan). Tentu saja efek dari membaca ini, terjadi ‘ledakan inspirasi’, hubungan singkat antara informasi/pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah tersimpan di otak. Bahasa keren-nya terjadi re-route assossiation, terbentuknya simpul-simpul asosiasi baru antar sinapsis di otak, hal ini lah yang membuat pengetahuan menjadi tambah ‘nglotok’, sangat membantu untuk memperkuat memori terhadap hal tertentu termasuk dalam pengembailan keputusan strategis yang menjadi lebih menyentuh segala aspek (semakin luas horison/cara pandangnya). Btw, sebelum semakin nglantur … saya berpikir ledakan2x inspirasi liar ini, kadang saya diamkan bahkan hilang ditelan waktu. Tenggelaman dengan kesibukan saya melakukan riset-riset kecil sebelum menuliskan artikel komprehensif di portal strategi bisnis. Kemudian saya ada ide, bagaimana kalau ledakan-ledakan inspirasi ini saya tuangkan dalam tulisan yang sekali tuang, meluncur dan langsung bungkus dan upload. Well, saya coba ya.

Barusan, sambil menikmati kopi menyusuri alur cerita untuk keluar dari ‘zona nyaman’ yang ditulis ringan, segar dan berisi oleh trio penulis buku Death to All Sacred Cows ini, saya melihat ada seorang pemulung yang lewat dan mengecek tempat sampah. Saya pun segera keluar, sambil menanyakan apakah mau botol2x plastik minuman dan kemasan produk lain yang tidak terpakai. Gayung bersambut, tawaran saya pun diiyakan. Saya pun masuk mengambil kumpulan botol2x plastik bekas tersebut, yang memang saya kumpulkan sedikit demi sedikit jadi banyak. Tidak saja hanya dikumpulkan, namun sudah saya cuci bersih. Untuk kemudian saya berikan kepadanya.

Kalau dipikir-dipikir mungkin it’s not big deal bagi beberapa orang. Beberapa bulan terakhir, saya melakukannya. Orang lain pun bisa berpikir, dengan membuang botol bekas minuman pada tempat sampah, it’s done sama juga dengan yang saya lakukan ini. Namun apa yang saya dapat dari perenungan dari ‘ledakan-ledakan inspirasi’ menunjukan impact yang berbeda. Begini kita mulai dari supply-chain, rantai alur produk dalam siklus hidupnya. Botol/produk plastik kemasan produk setelah dihasilkan, digunakan untuk kemasan produk, kemudian setelah keluar dari pabrik akhirnya sampai ke tangan konsumen melalui distributor dan pengecer. Karakteristik barang Fast Moving Consumer Good (FMCG) yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, perputarannya (produk life-cycle nya pun cepat). Begitu habis isi produk, kemasannya pun dibuang ke tong sampah baik tong sampah di kantor, tempat umum atau di lingkungan tempat tinggal. Untuk kota (urban) masalah manajemen sampah sampai daur ulangnya merupakan big business.Jadi sudah biasa di kantor, tempat fasilitas umum dan perumahan mewah, hal pengambilan sampah pun dilakukan dengan profesional dengan jaringan dan infrastruktur modern di lapangan.

Akses! Akses ini yang membedakan dengan entitas yang saya sebebutkan sebelumnya, yaitu akses untuk mendapatkan timbunan harta karun sampah terutama bagi pemulung (saya menyebutnya praktisi dalam pengambilan sampah meski dalam sekala kecil). Dengan mengumpulkan sisa botol/kemasan serta barang bekas pantas pakai (tidak langsung dibuang), itu berarti memutus salah satu mata rantai kecil dari rantai alur biasanya di kota besar, untuk kemudian memberi kesempatan bagi pemulung untuk mengolahnya menjadi nilai keekonomian yang berdampak bagi dia dan keluarganya.

Mungkin ada yang bertanya, kalau sudah terkumpul dan tidak ada pemulung di sekitar tempat tinggalnya atau lingkungan lantas bagaimana? Ledakan-ledakan inspirasi membisikan pada saya untuk menyalurkan ke ‘bank-bank sampah’ (bukan untuk dijual namun hasilnya untuk disumbangkan) atau kalau Anda suka traveling misal bagi Anda yang ada di Jabotabek, datang lah ke daerah-daerah yang padat penduduknya atau sekitar pasar, di sana Anda akan menemukan bapak-bapak tua yang menarik gerobak yang memuat hasil kegiatan memulung, ibu-ibu tua yang menyusuri jalan mencari gelas plastik untuk kemudian memasukannya ke dalam karung plastik sintetis-nya. Untuk mencapai daerah yang jauh dari Jakarta pun sekarang bisa dicapai dengan komuter, yang akhirnya mengantarkan saya mencapai kawasan Maja, Duri (Tambora), Cibinong, Citayam, Bogor dsb. Saran saya, bungkus lah botol2x /kemesan plastik bekas yg sudah dicuci itu dengan rapi, kalau ada barang bekas pantas pakai juga bisa dijadikan satu serta sejumlah uang untuk bantu mereka. Dan satu lagi pengumpulkan uang recehan (yang tercecer), memilah-milah berdasarkan nilainya untuk kemudian menyatukannya dengan isolasi. Hasil yang terkumpul juga lumayan dan itu juga bisa bagian untuk disumbangkan.

Dari pengalaman-pengalaman tersebut mengajarkan banyak bagi saya (semoga Anda juga), seperti dapat berjumpa dan berkomunikasi dengan bermartabat (menghormati mereka, egaliter) , belajar dari perjuangan hidup mereka dan ini juga membantu (menjadi pendidikan yang tidak ternilai harganya) bagi anak-anak kita, meski dimulai dari hal yang kecil dengan perhatian (care & respect bagi yang membutuhkan) akan memberi dampak dan pelajaran yang tidak ternilai. Percayalah!

Itu yang saya bilang di awal judul artikel ini Filsofi #SSJB (Sedikit-Sedikit Jadi Bukit).

*Image credit, artikel ditulis dipublikasi ulang seiijin  JM Zacharias (Business Strategist | Founder HidupProduktif.Com )

Share
ByHidupProduktif.Com

Manajemen TUNTAS Kegiatan Jelajah [Browsing] Internet

Pernah kah Anda mengalami kerepotan untuk mencari laman situs web yang pernah dibuka, namun tidak sempat dibaca  sampai habis? Sebenarnya hal ini cukup simpel, yang menambah komplek kegiatan ini saat kita telah membuka banyak sekali laman pada browser dan laman yang kita cari tenggelam dalam lautan laman-laman lain atau setelah sekian lama mencari ternyata tidak kunjung ketemu alias hilang.

Kemampuan prosessor saat ini memampukan notebook/smartphone untuk mengakses beberapa laman dalam jumlah banyak dalam waktu singkat. Karakteristik informasi digital dan aplikasinya juga mempengaruhi pola mengaksesnya yang menjadi cukup cepat. Ini membantu dalam memperpendek waktu (menjadi lebih singkat), namun di sisi lain jika tidak ditunjang dengan manajemen dasar dalam akses serta manajemen info ini akan juga menghantar dalam ‘ketersesatan’ dalam mengakses info dan fitur digital, dalam contoh ini akses/pencarian laman yang dimaksud. Berikut tips dalam manajemen akses laman.

  1. Fokus.  Fokus membantu dalam manajemen akses laman. Browser mempunyai keterbatasan dalam jumlah laman tertentu  yang masih dapat diakses secara ergonomi dengan baik. Sebagai contoh gambar di atas , pada  brower Chrome pada MacBook sampai 39 laman sekali buka yang masih dapat dimonitor secara ergonomis meski hanya melalui ikon situsnya. Lebih dari itu, laman-lamam tersebut semakin rapat dan harus dibuka satu-satu (tidak dapat dibaca keterangan ikonnya).

  2. Cermat. Cermat dalam hal ini membuka beberapa laman sekaligus dalam satu browser, kita harus cermat untuk memilah-milah beberpa tautan laman untuk dalam kategori laman yang diakses sebentar (dibaca sekilas langsung tutup), laman yang perlu waktu sedang (dibutuhkan dalam memproses tugas bersama-sama laman-laman lainnya) serta laman yang tetap dibuka sampai proses/tugas  berakhir. Faktor kecermatan ini berperan penting, saat menentukan prioritas dari laman-laman tersebut. Tentu tidak semua laman-laman yang aktif, tingkat prioriasnya penting semua.

  3. Tuntas. Karena kemudahan dukungan browser dalam membuka beberapa laman sekaligus dengan cepat, hal ini cenderung untuk membuka banyak laman meski tidak seluruhnya selesai dibaca. Ini sangat  manusiawi, coba bandingkan saat kita gunakan notebook yang lelet, dengan kerja prosesornya yg lebih lambat dan kapasitas memori lebih sedikit (kurang). Agar proses pada notebook lelet tersebut tidak terganggu (hang) Kita harus punya prioritas situs mana yang harus dibuka, dibaca lebih dahulu kemudian ditutup sebelum membuka beberpa laman lainnya sehingga tidak membebani kerja notebook. Konsekuensi seperti ini tidak terjadi seperti browser hang dan lain-lain, pada notebook berprosesor yang  lebih cepat cepat dan kapasitas memori yang lebih besar Di sisi lain dengan kehandalan dan kemudahan dalam mengakses banyak laman, melahirkan konsekuensi lain seperti tumpukan laman-laman dalam deretan yang begitu rapat (seperti gambar di atas). Kedisiplinan dalam menuntaskan (menutup laman, alih-alih daripada membiarkan laman tetap terbuka) setelah membaca dan mengakses laman demi laman merupakan suatu tindakan yang bijak sekaligus produktif dalam mencegah terjadinya kontraproduktif yang disebabkan dari konsekuensi susah mencari lama yang dimaksud dan tidak tertutup kemungkinan dapat membebani notebook sehingga hang. Jika laman tersebut sudah tuntas dan dikemudian hari dibutuhkan untuk diakses, fasilitas Bookmark  bisa digunakan atau bisa juga copy-paste tautan laman pada layanan email atau catatan seperti Gmail, Goolge Drive, Evernote dll.

Dari semua poin penting manajemen tuntas  kegiatan browsing, yang tidak kalah penting adalah sikap kita dalam hal ini disiplin diri. Tiga tips di atas dapat diibaratkan sebagai sistem yang membantu memudahkan kita dan displin diri kita sebagai motornya. Sistem yang baik  dituangkan dalam bentuk standar operasi prosedur yang baik sekalipun tidak akan berjalan jika kita tidak punya sikap disiplin diri dalam menjalankan tugas atau kegiatan.Jadi ke 3 poin  di atas sudah jelas membantu kita mulai produktif dari hal/langkah kecil seperti manajemen tuntas  kegiatan browsing. Tinggal sikap kita yang benar menjalankannya.

Kita bisa! Gak Percaya? Coba Aja !

Image: Google internet browser captured

Penulis: JM Zacharias | Business Strategist | Founder HidupProduktif.Com |

*Tentang HidupProduktif.Com
HidupProduktif.Com hadir mendukung efektifitas kegiatan produktif pribadi serta peningkatan produktitas operasional institusi/korporasi dan bisnis. Didukung dengan artikel-artikel terkini merekam sisi produktifitas sehari-hari, permasalahan, mengemasnya dalam format yang mudah dicerna dengan solusi jitu serta wit-twit produktif melalui Twitter @HidupProduktif.

Share